"Hallo, di sini Karagung!"
Aku memutar mataku, melotot pada lelaki besar yang sedang menghadap kamera persis di samping tempatku duduk.
"Terus apa?" Mas Agung menoleh padaku, melupakan kamera yang masih merekam kita berdua.
"Hah! kesaaallll harusnya aku bikin video ini bareng Randra aja!" aku bangkit, sudah hampir dua jam aku bersabar menghadapi om-om ini.
"Mas gak tau kenapa video ini penting."
Si om menyebalkan ini tetap keukeuh dengan pendiriannya.Aku menghela nafas secara dramatis.
"Pentingggg, ini buat penggemar kita di luar sana. Mas gak peduli ya, cerita kita udah dibaca lebih dari satu juta pembaca! satu juta!" aku berteriak, Mas Agung sedikit terkejut melihat diriku yang mencak-mencak, aku frustasi, aku rasa mukaku sudah merah karena kesal.
"Mbun.."
"Apa? masih gak bisa senyum ke penggemar kita? kalo gitu aku mau telpon Randra." aku berdecak, sengaja menghentakkan kakiku saat berjalan menuju dapur, tenggorokanku sakit, mulutku kering, berusaha membuat Mas Agung rileks di depan kamera sama saja seperti berusaha tetap kering di tengah hujan walau tanpa payung, alias mustahill..
"Capekk!" Aku mengeluh pada diri sendiri, menyenderkan kepalaku pada pintu kulkas yang dingin.
Aku harus membuat ulang naskah untuk video spesial ini, hah.. Benar-benar menyebalkan, padahal aku sangat ingin membuat video ini bersama bapak-bapak dengan celana pendek itu.
"Embun..."
"Gak usah manggil-manggil, aku lagi badmood." aku mengabaikan Mas Agung, masih menikmati menempelkan pipiku pada pintu kulkas.
Mas Agung bernafas di leherku, entah sejak kapan ia mengintili aku ke dapur. Huh, aku benar-benar stres, kalau tahu Mas Agung tidak bisa berpose di kamera, sejak awal aku akan mengajak Randra untuk membuat video bersama.
Aku yakin akan ada banyak penggemar wanita yang menunggu untuk melihat wajah Randra tanpa jas dokter, atau aku bisa minta Randra untuk pakai kaos oblong aja? Pasti seru kan?
Author bilang, Randra punya banyak penggemar, mereka bahkan meminta Author untuk membuat cerita tersendiri untuk Randra. Saat aku mendengar kabar ini, aku mati-matian menegaskan pada Author untuk meneruskan ceritaku dulu sampai tamat!
Enak saja, dikira digantung itu asik? Aku kan memiliki bayangan pernikahan dengan lelaki di belakangku ini, hehe... Aku bersemu.
Tunggu,
"Mas..."
"Ehmm..."
"Mas ngapain?" bokongku geli karena Mas Agung menusuk-nusukkan bagian depan celananya berkali-kali. Telingaku lebih geli, Mas Agung menggigit kecil-kecil di sana.
"Mas keras." suaranya persis di telingaku yang meremang.
"Mas gila ya! Aku sekarang lagi marah sama mas yang gak bisa senyum ke kamera!"
"hmmm.." Mas Agung menekan badanku ke depan agar lebih menempel pada pintu kulkas.
"Mass! Enghh..."
"Ngapain kamu suruh mas senyum ke orang lain? Mas rasa udah cukup kalau mas cuma senyum ke kamu."
Aku gila karena sekarang aku mendengar suara blush di udara, rasanya pintu kulkas berubah menjadi panas.
Mas Agung membalikkan badanku, menatap wajahku yang memerah.
"Jangan memerah di depan lelaki lain." ia mengecup alis kananku, membawa ibu jarinya ke sela bibirku yang membuka.
"Julurkan lidah kamu mbun.."
Mataku mendadak berkabut saat diriku menjulurkan lidah di depan wajahnya yang tampan, lelaki ini tersenyum miring sebelum menempelkan lidahnya yang panas di ujung lidahku.
Rasanya geli, Mas Agung hanya mengajak lidahku menari, tangannya menelusup untuk meremas payudaraku.
"Putingmu mencuat."
Mas Agung berhenti menjilati lidahku, ia mengangkat tubuhku untuk mengangkang di atas meja dapur.
"Puting yang mencuat, kaki yang melebar, wajah yang memerah, dan kamu mau panggil mantanmu itu? Jangan bercanda!" Mas Agung menggertakan gigi saat membuka risleting celana pendeknya, ia hanya membiarkan penis beruratnya menjulur tanpa melepaskan celana dari pinggangnya.
"Pegangan..."
"Mas, jangan..."
"sssshh... Sayang, buka pahamu lebih lebar, pegangan, jangan sampai kamu jatuh saat penis mas sedang melubangi vaginamu."
"Haaaa.... Mas... Gak akan masuk,.."
Aku menjerit, penis Mas Agung langsung menerobos masuk dalam satu kali hentakan, tubuhku bergetar dan vaginaku terasa terbakar.
"Penis mas seperti disedot. Hah... Mbun.."
"Mas,.. Hah.. Videonyahh.."
"ssshh..."
Tak tahu sudah berapa lama punggungku terhentak-hentak di atas meja dapur, tapi yang pasti aku merasa sangat berantakan karena cairanku terasa mengalir sampai ke betis.
Mas Agung menjilati seluruh wajahku, aku tidak yakin bisa meneruskan membuat video hari ini, lelaki dengan telapak tangan besar ini menggenggam tubuhku dengan erat. Penisnya menghunjam terus menerus di dalam diriku sampai rasanya perutku penuh oleh daging penisnya yang berurat.
***
"aaaaaaaaaaaaaa!"
"Apa, ada apa? Kenapa?"
Agung lari terbirit mendekati sumber suara, rambutnya masih basah sehabis mandi.
"Aku mau mati aja!"
"Hey ada apa?"
"Ini Ran." Karagung Soeseno sedikit badmood saat gadis cantiknya menyebut nama lelaki menyebalkan itu.
"Ya.. Kenapa sayang?"
"Gakk! Aku mau mati aja! Ini gara-gara mas, mas gila!" Embun memukul dada keras Karagung berkali-kali.
"hey..hey... Tenang."
Karagung mengambil ponsel yang sedari tadi Embun genggam, membawa wajah gadisnya untuk terbenam di dadanya yang hangat.
Randra mengirim video, gambarnya hanya berupa sofa ruang tengah rumah mereka tanpa ada sosok apapun di sana, tapi yang membuat Karagung sekarang tersenyum seperti orang gila adalah suara latar belakang dalam video itu.
"Putingmu mencuat."
Itu suaranya, Agung baru ingat kalau Embun mengirimkan kamera beserta memori untuk digunakan Randra merekam, Embun masih terobsesi dengan video ucapan terimakasih kepada satu juta pembaca.
Agung merasa kasihan sekaligus geli, ia senang karena tidak perlu menegaskan lagi pada manusia tiang listrik itu kalau Embun adalah miliknya.
***
Notes:
Hai, apa kabar? Terimakasih untuk satu juta pembaca. Aku sayang kalian :*
Sekadar info bahwa aku sedang stres karena tiba-tiba semua draft ceritaku hilang dari google notes yang biasa aku pakai untuk menulis ide-ide yang muncul mendadak sebelum digabung dan menjadi part baru. Apakah ada yang tahu bagaimana cara memulihkan semua datanya? Padahal seingatku, aku sudah mencadangkan semua datanya dan tentunya mengupgrade aplikasinya.
Jika ada yang tahu bagaimana, mohon bantu yaa.. Semoga dataku bisa pulih karena hampir separuh draft baru tetangga dudaku ada di sana. Salahku belum diduplikat di laptop :(
Tolong tetap setia menunggu Tetangga dudaku yaa, add di list reading kamu dong hehe...
Sampai jumpa di chapter lanjutan cerita Tetangga Dudaku ... :* luv!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Dudaku (END)
عاطفيةEBOOK HANYA DIJUAL DI SHOPEE @bookcafe_ KARYAKARSA @jemisung DAN INSTAGRAM @shintyachoi_ JIKA MENDAPATKAN EBOOK SELAIN DARI TIGA SUMBER TERSEBUT MAKA ANDA MEMBELI EBOOK ILEGAL DAN TELAH MELANGGAR HUKUM. TERIMAKASIH... Terakhir aku melihatnya saat us...