Randra keluar dari kamar tidur khusus karyawan, rasa pusing melandanya. Tidur ayam saat jam jaga memang hal yang sangat menyiksa. Ia bahkan lupa memesankan taksi online untuk Embun. Rasa bersalah menjalari hatinya, harusnya ia pergi kencan saja dengan Embun malam ini.
Ran hendak memeriksa kotak masuk pesannya, tapi ponselnya jatuh ke lantai, ada seseorang yang menubruk tubuhnya dari belakang. Ran mendesah, menoleh sambil melepaskan tangan kurus milik wanita yang memeluknya dari belakang.
"Jangan lakukan ini di rumah sakit." Ran melepaskan tangan Mita, melangkah mundur dan mengambil ponselnya yang terjatuh.
Mita menatap Randra dengan rindu, sudah sangat lama mereka tak menghabiskan waktu bersama. Mita bahkan rela menunggu Randra untuk menyelesaikan shift malamnya, padahal Mita sudah sedari siang selesai bekerja. Mita sudah menunggu Randra lebih dari delapan jam hari ini, sepertinya menunggu Randra adalah hal yang sudah menjadi kebiasaan bagi Mita. Mita menunggu dan terus menunggu, tapi ia ragu Randra akan mengerti mengapa Mita rela menunggunya selama ini.
"Aku kangen kamu." Mita berbicara pada sosok jangkung berkacamata di depannya, Randra sibuk memeriksa ponsel dan memasukkannya ke kantong jubah putihnya.
Lelaki berlesung pipit itu mendongak menatap wanita di depannya, Mita memang cantik, dengan tinggi badan yang sangat semampai, berbeda dengan Embun yang mungil, Ran harus selalu menunduk jika ingin menatap wajah Embun.
"Kita gak lagi ada di hubungan untuk saling kangen."
Randra sadar bahwa ia brengsek, tapi satu hal yang selalu membuatnya berpikir bahwa ia benar adalah kenyataan kalau ia sangat mencintai Embun, Randra sangat menyayangi gadis manis itu, memikirkannya saja membuat hati Randra masih berbunga.
"Aku tahu." Mita tersenyum sendu, ia tahu posisinya. Lagipula, ia sendiri yang setuju untuk menjalani hubungan seperti ini dengan Randra.
Orang-orang tak mungkin mengerti jika Mita bercerita bahwa sudah bertahun-tahun Mita mencintai Randra. Randra seniornya di unit kegiatan mahasiswa yang mereka berdua ikuti, Mita mengenal Randra lebih dulu dibanding Embun.
Suatu waktu, Mita pernah mengekori Randra saat berada di kampus, ia diam-diam memperhatikan kemana Randra menghilang tiap jadwal kuliahnya kosong. Mita mendapati Randra memperhatikan Embun, gadis berperawakan mungil itu bahkan tak pernah menyapa lelaki yang Mita cintai lebih dulu.
Sejak saat itu, Mita juga memperhatikan Embun. Wanita itu sangat manis, Mita harus mengakui bahwa melihat wajah Embun memiliki efek yang menyenangkan bahkan bagi dirinya yang berjenis kelamin perempuan. Tak heran kalau Embun mencuri perhatian Randra.
Mita mulai mendekati Embun, walau fakultas mereka sangat jauh jaraknya, Mita akan dengan semangat memulai pertemuan dengan Embun walau hanya sebentar. Mita dan Embun mulai berteman dekat, ia ingin tahu, apakah Embun memiliki perasaan yang sama seperti dirinya kepada Randra.
Setelah mendekati Embun lebih dari tiga bulan, Mita sadar kalau Embun tidak memiliki perasaan apapun untuk Randra. Embun bersikap seperti kebanyakan junior lain, ia bahkan tidak pernah berinisiatif untuk mengajak Randra berbicara hal di luar kepentingan kampus atau kepanitiaan.
Mau tak mau Mita merasa lega, biar saja Randra menyimpan cinta sepihaknya. Mita percaya, suatu hari Randra akan menyadari betapa Mita sangat mencintainya, menunggu dirinya dalam tiap bayangan yang Embun timbulkan saat melangkah.
Mita masih tersenyum walau hatinya terkoyak, lukanya terasa bernanah karena Mita tak mau ini terobati. Mita justru merasa termotivasi saat merasakan sakit yang berdenyut. Ia sangat tahu, perjuangannya belum membuahkan hasil seperti yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Dudaku (END)
RomanceEBOOK HANYA DIJUAL DI SHOPEE @bookcafe_ KARYAKARSA @jemisung DAN INSTAGRAM @shintyachoi_ JIKA MENDAPATKAN EBOOK SELAIN DARI TIGA SUMBER TERSEBUT MAKA ANDA MEMBELI EBOOK ILEGAL DAN TELAH MELANGGAR HUKUM. TERIMAKASIH... Terakhir aku melihatnya saat us...