ENAM

92 18 0
                                    

Jarum jam sudah tepat menunjukan pukul dua pagi. Namun, pria dengan balutan baju tidur satin berwarna biru tua itu masih setia dengan berbagai pikirannya. Duduk bersama segelas kopi panas yang baru ia seduh tadi, menatap langit temaram tanpa bintang sedikitpun. Begitu gelap. Semakin memberikan suasana sendu bagi relungnya.

Taehyung sedang di selimuti rasa bersalah.

Sangat.

Kejadian sore tadi benar-benar di luar kendalinya. Demi apapun, Taehyung tidak berniat menyakiti Jungkook dengan tinjuannya. Sungguh. Saat itu ia sedang di pucuk emosinya, Taehyung terlalu mengkhawatirkan putranya sehingga semarah itu sampai tidak dapat mengontrol diri.

Setelah tahu jagoan kecilnya hampir celaka karna kelalaian Jungkook, jantung Taehyung serasa berhenti saat itu juga. Tapi, tak seharusnya ia menyerang Jungkook seperti tadi.

Taehyung menghembuskan napas beratnya, mengacak surai hitam yang mulai panjang menutupi mata itu.

"Tidak seharusnya aku melakukan itu," lirih Taehyung.

Di tengah kegiatan merenungnya itu, derit pintu mengisi ruang pendengarannya. Membuatnya menoleh, takut-takut jika itu putra kecilnya yang tiba-tiba datang dan meminta tidur bersama seperti beberapa hari ini.

Sampai manik dalam Taehyung menemukan presensi lain, Taehyung kembali ke posisinya. Menunggu seseorang yang baru memasuki kamarnya itu berjalan mendekat ke arahnya, melewati pintu balkon dan akhirnya mengambil duduk tepat di sisi kanannya.

"Hyung,"

"Kenapa belum tidur?" tanya Taehyung sembari menyeruput kopinya.

"Aku kira kau sudah tidur," Jungkook tersenyum kikuk sembari mengusap belakang kepalanya.

"Mau meminta maaf? kau tidak takut ku hajar lagi ya?" ucap Taehyung dengan terkekeh.

"Tidak takut. Aku memang salah, Tan sangat berarti bagimu. Dan aku hampir membuatnya terluka,"

"Jung, sudah. Tidak usah terlalu merasa bersalah, kau memang salah tapi aku sudah memaafkanmu. Oke?" Taehyung kembali memasukan cairan pekat itu ke tenggorokannya.

"Hyung, kau sudah tidak marah?" cicit Jungkook.

"Yak! bocah, kau jika takut menggemaskan sekali ya? dasar little bunny,

"Jika sudah meledeku seperti ini, kau berarti sudah tidak marah," kesal Jungkook lalu mengambil posisi bersandar pada kursi dengan kaki yang dinaikan ke atas meja kecil di depannya dengan santainya.

"Tidak punya sopan santun ya kau Jung?"

Mendengarnya Jungkook hanya tertawa. Masih tetap dengan posisi nyamannya, Taehyung hanya mendengus.

"Jadi, siapa gadis yang Tan panggil peri cantik itu?"

Sebenarnya, saat Taehyung dengan seriusnya membacakan dongeng tidur untuk buntalan manisnya itu, Tan secara tiba-tiba mengintrupsinya. Bocah itu bercerita bagaimana ada seorang peri cantik yang menolongnya.

Taehyung tentu saja ingin tahu siapa gadis yang sudah menolong buah hatinya itu.

"Aku tidak sempat bertanya namanya Hyung,"

Setelah mengatakannya, bisa Jungkook rasakan perih menjalar di kakinya karna Taehyung yang menendang kakinya cukup keras.

"Apa-apaan sih kau Hyung, menganiayaku terus." ringis Jungkook.

"Dasar kelinci bodoh, kenapa tidak bertanya namanya? dia sudah menolong Tan. Bahkan Tan bilang dia terluka, Jungkookie memang otaknya sudah tidak ada,"

CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang