SEMBILAN BELAS

81 17 7
                                    

Taehyung agaknya harus menghantamkan kepalanya ke dinding. Mungkin otaknya memang sudah tidak ada. Lihat, sedari tadi tetap diam di dalam kamarnya. Berulang kali membasahi bibir yang dirasa kering-kebiasaan dikala gugup.

Sebenarnya yang akan dia lakukannya adalah sebuah hal sederhana. Berjalan menuju kamar sang putra lalu meminta maaf, mendekap buntalan manis itu erat-erat. Namun, Taehyung masih ragu. Dia takut Tan akan marah padanya, Taehyung benci melihat Tan marah padanya. Taehyung merasa bersalah sekaligus takut.

Wah memang hidup Kim Taehyung penuh dengan ketakutan.

Saat pria Kim itu masih diam dalam posisi duduknya, derit pintu mengambil atensinya. Menoleh dan menunggu apa yang membawa Jungkook menemuinya di sore hari seperti ini.

Tapi, sepertinya Taehyung harus terperanjat ketika yang ia dapati bukan tubuh jungkung Jungkook melainkan kepala seorang balita yang menyembul dengan lucunya di balik pintu.

Taehyung tetap diam, menunggu apa yang akan putranya itu lakukan. Namun, setelah kurang lebih lima detik si kecil Tan kembali menarik kepalanya. Membuat Taehyung mengernyit. Beberapa saat kemudian, bocah gemas itu kembali mengintip.

Kini Taehyung menarik kedua senyumnya tipis. Merasa gemas oleh polah putranya.

Tak ingin Tan terlalu lama berdiri di balik pintu dan harus terus mengintip, Taehyung berdehem pelan, lalu tersenyum lebar.

"Tan, Appa dengar berlama-lama di depan pintu akan memanggil monster Tata datang loh."

Sontak dengan tergopoh-gopoh Tan langsung mendorong pintu tuk terbuka sepenuhnya berlari ke arahnya lalu menaiki ranjang. Duduk bersila di depan sang ayah dengan wajah khawatirnya.

Sungguh, Tan memang takut dengan tokoh boneka berkepala bentuk hati itu.

Setelah itu bocah itu kembali diam. Bahkan, dia menundukan wajahnya, meremas jari tangannya yang tertaut. Melihat itu, Taehyung kembali merasa bersalah. Putranya masih takut.

"Hei," Taehyung mengusap dengan sayang puncak kepala Tan.

Bocah itu masih menunduk.

"Tan ayo lihat Appa," ucap Taehyung dengan nada kelewat lembut.

Taehyung mengeluarkan senyum kotaknya kala sang putra mau mendongak menatapnya.

"Ada apa datang kemari?"

"Mau meminta maaf," cicit Tan. Bocah itu kembali menunduk.

Ya ampun, hardik Taehyung sekarang. Seharusnya dia yang meminta maaf, tapi apa ini? buah hatinya yang malah harus repot-repot datang dengan sebekal rasa takut lalu meminta maaf.

Taehyung pun mengangkat tubuh Tan tuk didudukan di kedua pahanya, memangku sang putra dengan sayang.

"Harusnya Appa yang meminta maaf, sudah menyakiti Tan. Appa tidak sengaja, mau memaafkan Appa?"

Mengangguk dengan lucu, Tan tersenyum.

"Tan janji tidak akan lindu Peli Jia lagi, supaya Appa tidak marah." Tan mengatakannya dengan sedikit nada tidak rela.

Disitu Taehyung mulai berpikiri-apa dirinya egois?

"Tan ingin ulang tahun seperti apa? besok akan Appa siapkan,"

Bocah di pangkuannya terlihat berpikir. Butuh waktu lima menit untuk Taehyung menanti, hingga tiba-tiba Tan beranjak dari pangkuannya dan duduk kembali di hadapannya dengan binar yang memancar.

Ah sepertinya dia sudah mendapatkan keinginannya.

"Tan ingin kemah Appa, ingin tidul di tenda. Melihat api wush wush lalu menali-nali di bawah bintang, sepelti yang ada di buku celita." jelas Tan yang membuat Taehyung tertawa kecil.

CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang