TIGA

106 19 1
                                    

Taehyung tidak pernah merasa keberatan atau tersiksa karna harus mengurus Tan seorang diri. Berat memang untuknya, namun ia menjalani ini semua dengan penuh kasih sayang. Tan adalah harta Taehyung yang paling berharga. Tan adalah segalanya. Jika tidak ada balita menggemaskan itu di sisi seorang Taehyung, entah seperti apa dirinya sekarang.

Jeon Ana. Mendiang istrinya yang sangat ia cintai, pergi meninggalkan dirinya, bahkan tanpa menyapa si kecil lebih dulu. Jika kalian pikir mendiang istri Taehyung meninggal karna melahirkan, kalian salah besar. Bahkan, itu yang Taehyung harapkan. Akan lebih baik istri tercintanya itu mati dengan cara seperti itu daripada harus mati karna kecelakaan.

Itu lebih menyakitkan. Sungguh.

Ingin ikut mati rasanya saat itu.

Apalagi di umur Tan yang baru menginjak dua tahun, ia harus di tinggal sang ibu. Jika mengingatnya kembali, Taehyung jadi ingin menangis. Tapi, apa daya. Tidak ada bahu yang siap menerima tangisnya. Namjoon? mana mungkin Taehyung mau menjungkir balikan harga dirinya dengan menangis padanya.

Omong-omong, kedua orang tua Taehyung masih hidup kok, hanya saja Taehyung benar-benar ingin mengurus Tan seorang diri. Tentu tanpa memberi batasan bagi kedua orang tuanya untuk membantu dan dirinya juga tidak mau kedua orang tuanya itu tahu mengenai dirinya yang sampai sekarang masih terbelenggu oleh kepedihan masa lalu.

Ditinggal istri yang dicintai ketika menanti sang pujaan hati saat akan memberi surprise ulang tahun pernikahan adalah hal yang sangat menyakitkan.

Sore ini, di ruang bermain ini. Taehyung tengah menemani sang putra pintarnya itu mengemasi mainannya setelah digunakan.

Kenapa di tengah kegiatannya bersama sang anak, Taehyung bisa bernostalgia dengan rasa sakitnya? jawabannya, karna sekarang, di balik jendela yang tertutup tirai putih itu, rintik hujan mulai menghujami bumi. Menumpahkan semua rasa sakit pada dada Taehyung. Sebab, saat melihat hujan. Maka pria Kim itu seperti mengulang perih itu.

Saat itu.

Di bawah guyuran hujan di tengah rasa kecamuk karna sedari tadi sang istri tidak datang di tempat yang sudah di rencanakan, Taehyung harus mendengar bahwa istrinya–Jeon Ana, mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.

Runtuh semua senyum kotak yang menghiasi wajahnya.

Saat itu rasanya Taehyung ingin ikut mati saja, jika tidak mengingat ada seorang balita yang sedang menanti kedua orang tuanya pulang di rumah kakek neneknya.

Kini, sambil terus memperhatikan sang buah hati yang dengan sedikit kesusahan menata kembali mainan-mainannya ke tempat semula, Taehyung ingin hujan itu cepat-cepat berhenti. Sungguh, sesak sekali rasanya.

"Appa," Buntalan manis dengan permen lolipop di tangannya itu mulai berjalan dengan lucunya ke arah sang ayah.

Taehyung pun buru-buru mengumpulkan kesadarannya untuk kembali memasang wajah kelewat ceria di depan sang putra. Di tangkapnya tubuh gembul putranya itu untuk di dudukan di kedua paha kokohnya.

"Iya jagoan?"

"Tan lapal," ucap bocah itu dengan menyodorkan lolipopnya pada Taehyung.

"Tidak mau pelmennya. Maunya nasi goyeng dengan sosis!" ujar Tan lagi dengan melipat kedua bibir tebalnya kedalam.

Mendengarnya Taehyung terkekeh. Ia mulai berdiri dan menggendong si jagoan Tan.

"Baiklah, akan Appa buatkan. Tan tunggu ya, sambil menonton Kartun kesukaan Tan."

"Tidak mau. Tan ingin menemani Appa," tolak si kecil Tan dengan gelengan kuat.

Taehyung tersenyum lembut. Dia sangat bersyukur, memiliki anak secerdas dan selucu Tan. Di umurnya yang menginjak lima tahun ini, dia mempunyai rasa pengertian yang begitu besar. Tahu saja, bahwa Taehyung ingin di temani saat memasak.

CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang