Jira benci mimpi buruk. Dirinya benci saat-saat dimana dia harus terbangun dengan kondisi berkeringat disertai napas yang tersengal-sengal. Lalu setelahnya memeluk dirinya sendiri, menangis.
Jira benar-benar merasa sendiri.
Tapi, agaknya mimpi buruknya kini berkesan berbeda.
Ketika dirinya terbangun karna mimpi buruk, yang ia dapati bukan suara gemuruh petir hujan seperti biasa atau kesunyian yang semakin memperburuk keadaannya. Melainkan adalah raut cemas Taehyung yang entah sejak kapan sudah mengambil duduk di sampingnya.
"Kau bermimpi buruk Ji?"
Jira terdiam sembari mengatur napasnya dan menyeka peluh di dahinya.
Jira tidak menyangka dia akan memimpikan hal itu disini, di rumah Taehyung.
"Tae, kau—apakah aku berteriak tadi sampai kau terbangun dan membuatmu datang kemari? maafkan aku," Jira benar-benar ingin menjambak rambutnya sendiri. Kenapa selalu menyusahkan Taehyung sih.
Jira larut dalam rasa tidak enaknya, sementara Taehyung. Dia mengelak dalam hati. Tidak begitu ceritanya, Min Jira. Yang ada, sedari tadi Taehyung memang sedang duduk di sofa dekat ranjang dan memperhatikan mu tidur. Itu yang benar.
Entah.
Taehyung tidak bisa terlelap, yang ada di otaknya hanya wajah Jira. Dia bahkan sampai membasuh wajahnya hampir lima kali, tapi tetap saja. Bayangan mencium gadis itu berkelebat terus di ingatannya. Sampailah Taehyung memilih menilik Jira ke kamarnya, dan ternyata gadis itu sudah tertidur pulas. Niat hati menengok sebentar, namun sepertinya Taehyung menikmati pemandangan wajah Jira yang sangat menenangkan ketika tidur.
"Tidak perlu meminta maaf, ini minumlah." Taehyung menyodorkan segelas air putih yang sudah tersedia di nakas. Jira meneguknya sampai habis
Taehyung penasaran, mimpi semengerikan apa yang Jira alami sampai gadis itu begitu terlihat ketakutan tadi. Namun, menanyakannya rasanya tidak baik. Jira mungkin akan kembali merasa takut.
"Tidurlah lagi,"
Jira menggigit bibir bawahnya. Sungguh, Jira sudah merasa sedikit tenang karna keberadaan Taehyung sekarang. Membayangkan Taehyung akan pergi dan dia hanya akan sendirian di kamar ini, Jira tidak yakin dia tidak akan menangis seperti biasanya. Jadi, ketika Taehyung mulai beranjak dengan cepat Jira menahan tangan Pria Kim itu.
"Ya?" sialan Taehyung terkejut. Untung bisa mengontrol raut wajahnya.
"Jangan pergi,"
Biarkan Taehyung mencerna dua kata itu.
"Apa?"
"Jangan pergi Kim, masa tidak dengar."
Taehyung tidak mengerti ada apa, tapi kenapa saat ini hatinya begitu senang. Jadi maksudnya Jira minta ditemani begitu?
"Kenapa?"
Berlagak tidak tahu dan menjaga wibawanya menjadi pilihan ayah Tan ini. Membuat Jira malu juga ragu dalam mengatakannya.
"Tem—temani aku, aku takut."
Lantas Taehyung kembali mengambil duduk di sisi Jira, mulai khawatir juga. Jira sepertinya sungguhan merasa tidak nyaman dengan mimpi buruknya. Tentu, Jira bukan para sekretarisnya yang senang sekali melakukan hal semacam modus.
"Kau terlihat masih ketakutan, janji padaku akan bercerita apa yang kau impikan baru aku mau menemani,"
Jira mengangguk saja.
"Bagus, sudah. Sekarang tidur aku akan duduk di sofa itu dan menunggumu sampai kau tertidur,"
Jira mulai memposisikan dirinya untuk tidur. Sejenak memperhatikan Taehyung yang ikut mengambil posisi tidur di sofa itu. Jira mengernyit hingga dia membuka mulutnya untuk bertanya."Tae, apakah kau akan tidur disitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cage
Fanfictionketika Min Jira mulai lelah setengah mati hingga rasanya benci yang teramat pada takdirnya, Tuhan mengirim lelaki bersenyum kotak itu untuk mengisi lembar kisah hidup berantakannya. Namun. saat dia mulai memasuki fase bahagia, Jira lupa. Bahwa takd...