DUA BELAS

94 20 10
                                    

Mungkin awalnya Taehyung merasa sedikit kesal menerima Jungkook untuk tinggal di rumahnya. Mengingat bagaimana bocah itu sering membuat si kecil Tan menangis atau harus membuat Taehyung semakin lelah karna melerai keduanya jika sedang bertengkar.

Namun, Taehyung sadar. Hadirnya Jungkook kembali, membuat dia tidak merasakan kehampaan yang terlalu dalam. Taehyung tidak merasa sendiri.

Terlalu kesepian mampu membuat Taehyung semakin mengutuk hidupnya. Itu yang Taehyung sesali karna tidak bisa berhenti benci pada takdir.

Bayangkan.

Taehyung harus mengurus putranya seorang diri, menjadi ayah sekaligus ibu untuk Tan. Pria bermata setajam citah itu sekuat tenaga menahan tangis dan rindu saat akan menutup mata untuk menyambut mimpi, beradaptasi akan ranjang yang terasa dingin di sebelahnya. Karna sang istri sudah tidak bisa menemani tidurnya.

Taehyung pun tak jarang menahan sesak di relungnya ketika sang buntalan manis mulai mengutarakan perasaannya mengenai betapa dia merindukan Anna.

Disaat itulah Taehyung hanya bisa tersenyum dan berkata."Eomma juga merindukan Tan di langit sana. Tidak apa tak ada Eomma, masih ada Appa kan? Eomma selalu ada di hati kita berdua, jadi Tan tidak perlu merasa sedih"

Taehyung begitu handal menenangkan putranya. Tapi dia sangat payah menenangkan gejolak dalam dirinya sendiri.

Hanya tinggal bersama Kim Tan di rumah besarnya ini memberi celah yang begitu bagus untuk kesedihan semakin mengisi ruang-ruang hatinya.

Maka dari itu, Taehyung akhirnya bersyukur. Karna adik iparnya, si nakal Jeon kembali. Setidaknya, waktu merenung dan meratapi nasib yang biasa ia lakukan berkurang.

Seperti sekarang.

Taehyung yang biasanya setelah menidurkan si gemas Tan akan pergi menyibukan diri di ruang kerjanya dan berakhir dengan tenggelam pada pikiran ruwetnya sendiri malah sedang mengudarakan tawanya karna berhasil mengalahkan Jungkook dalam permainan ps.

"Kau tidak lelah menantangku bermain ps?" ucap Taehyung dengan masih mempertahankan tawanya.

"Tidak sampai aku bisa mengalahkanmu," balas Jungkook dengan raut kesalnya sembari memasukan kentang goreng yang Taehyung buat ke dalam mulutnya.

"Bukannya sombong. Tapi sepertinya tidak mungkin, aku kan hebat."

Jungkook melempari Taehyung dengan kentang goreng.

"Itu namanya sombong!"

"Jangan di lempar-lempar! memangnya kau yang mau membersihkan,"

Taehyung mengambil beberapa kentang yang terjatuh di atas karpet beludrunya.

"Hyung,"

Taehyung membuka bungkus makanan ringan dengan menatap Jungkook. Menanti bocah itu melanjutkan kalimatnya.

"Omong-omong, Jira Noona besok datang?"

"Datang,"

Jungkook mulai mengeluarkan senyum misteriusnya. Membuat  makanan ringan yang niatnya Taehyung masukan ke mulutnya jadi berakhir di wajah Jungkook.

"Katanya jangan melempar-lempar makanan!" protes Jungkook.

"Kau tersenyum seperti itu, ada apa?"

"Dia cantik ya Hyung?"

Entah apa yang salah dengan perkataan Jungkook. Tapi, Taehyung merasa kesal mendengarnya.

Cantik ya? iya Taehyung setuju. Tapi, jika Jungkook yang mengutarakannya seperti memaksa Taehyung memastikan apakah harus menyalakan alarm waspada atau tidak.Tapi untuk apa. Alarm waspadanya hanya untuk Jeon Anna dulu.

CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang