DUA PULUH

62 18 6
                                    

Sebut saja itu keberuntungan. Gadis bergaun putih dengan rambut tergerai indah itu mengulum senyum saat dirinya menapaki lantai marmer kediaman Taehyung. Gadis Min itu merapal, mudah-mudahan tampilannya malam ini tidak terlihat memalukan meski dia mengenakan gaun dengan harga murah yang ia beli tadi siang.

Setelah kejadian kemarin sore, Jira pikir Taehyung tidak akan mengundangnya datang di perayaan ulang tahun Tan. Jira bahkan sudah menangis meratapi kotak kado yang tergeletak di atas meja rias kamarnya. Namun, mungkin Jira masih beruntung kala denting ponselnya berbunyi. Mendapati pesan Taehyung.

Datanglah di pesta ulang Tahun besok, pukul tujuh malam.

Jira melihat ada meja dengan beberapa kado, ah mungkin itu tempat menaruh hadiah. Sembari tersenyum, Jira menaruh kotak kado berukuran sedang yang ia bawa. Lalu melanjutkan langkahnya, menuju taman rumah Taehyung.

Sungguh, Jira harus merasakan takjub kala netranya melihat bagaimana lampu hias menerangi area taman, banyak balon yang terpasang di pohon-pohon hias, lampion yang berjajar rapih. Di tengah ada tumpukan kayu—apakah Taehyung akan menyalakan api unggun?

Lalu lihat itu, tiga buah tenda berukuran sedang yang berdiri kokoh diatasnya juga ada lampu berkerlap kerlip. Jira dapat menebak tema pesta ini, berkemah.

Ketika Jira memilih berdiri dengan masih mengagumi dekorasi, suara seorang pria yang tentu Jira kenali menyapanya.

"Hai noona,"

"Hai Kook," balas Jira tersenyum manis.

Ya ampun, Jungkook dengan pakaian berjas warna biru langit itu begitu terlihat menawan.

"Kenapa hanya berdiri disini, ayo sebentar lagi acara akan dimulai." Jungkook meraih tangan Jira dan menariknya tuk lebih memasuki area taman.

Mereka berdua berjalan mendekat ke arah yang lain.

Jira perlu meneguk ludahnya dalam, dia sedikit merasa tidak nyaman. Karna sekarang dirinya dan Jungkook sudah menjadi pusat perhatian. Kedua mata Jira dapat melihat presensi Taehyung yang kini menatapnya dalam diam. Bahkan dia tidak memberikan senyumnya. Jira jadi merasa makin ingin pergi saja.

Ditambah ada empat orang tua, ah Jira tidak tahu mana yang orang tua Taehyung. Namun dia tidak bodoh dan bisa menebak, pasti mereka orang tua Taehyung dan orang tua Anna yang kini memperhatikannya.

Tan yang sudah sangat tampan dengan jas putih juga dasi kupu-kupu di lehernya juga kini sedang menatap Jira dengan binar. Melihatnya, rasanya Jira ingin membawa buntalan manis itu ke dalam dekapannya.

"Jung, siapa yang kau bawa? apakah kekasih?"

Suara yang berasal dari pria paruh baya yang ternyata ayah Taehyung itu membuat Jungkook tertawa renyah sembari menatap sejenak Jira di sampingnya."Bukan paman. Hyung kau tidak mau memperkenalkan gadis di sampingku ini?"

Sialan. Jira pikir Jungkook akan langsung memperkenalkan dirinya, namun apa ini. Pemuda itu malah menyuruh Taehyung yang memperkenalkannya. Pria yang di panggil itu pun hanya bisa tersenyum kecil—namun Jira berani bertaruh, pasti dalam hati Kim Taehyung kini sedang memaki adik iparnya itu habis-habisan.

"Appa, dia Min Jira. Temanku,"

Jira hanya bisa membungkuk sopan sembari tersenyum.

Agaknya dia harus menahan napas kala di rasa wanita paruh baya dengan senyum hangatnya mendekat."Tae, aku tidak tahu kau punya teman perempuan secantik ini?" ujarnya sembari mengusap bahu Jira.

Jira hanya bisa tersenyum. Memangnya apa yang bisa gadis itu katakan. Dia benar-benar orang asing disini.

"Dia yang menyelamatkan Tan eomma," jelas Taehyung.

CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang