SATU

173 22 0
                                    

Ramainya suara bising kendaraan yang bertarung di jalur beraspal dingin siang ini, tak sama sekali mengusik rungu gadis juwita dengan penampilan yang jika di telisik seksama, seperti seseorang yang tidak memperdulikan penampilan. Dia, Min Jira. Terus berjalan menyusuri pinggiran jalan kota Seoul dengan segala keruwetan hidupnya yang bercokol sangat sempurna di setiap saraf otaknya.

Jira tak menampik, jika ia bukanlah seseorang yang paling sengsara dan menyedihkan di dunia yang fana ini. Itu benar. Namun, yang menyebalkan disini itu adalah bagaimana takdir seolah membencinya dan terus membuatnya tertimpa musibah. Jira kesal, sangat kesal. Ia benci dengan hidupnya, ia lelah dengan semua beban di pundaknya. Namun, dia juga bukan tipikal orang yang pasrah begitu saja pada takdir. Ia melawannya. Tentu.

Jira adalah gadis tangguh. Walau mengeluh sudah seperti kewajiban yang harus ia lakukan setiap harinya, gadis bermarga Min itu tidak pernah putus asa akan jalan hidupnya yang sangat berantakan itu. Ia tetap menjalankan hidupnya dengan semestinya, melawan berbagai jenis masalah, musibah, dan kesakitan yang menimpanya. Walau tak jarang diiringi tangis yang memekakan telinga.

"Dasar tua bangka tidak berperasaan. Menikah dengan nya? cih. Tidak akan, menjijikan." Bibir ranum milik Jira terus mengeluarkan ocehannya sepanjang langkah kaki.

Tak jarang, ia akan menendang sesuatu yang ia anggap menghalangi jalannya. Batu, kaleng, bahkan tiang listrik pun ia tendang. Bukan apa, hanya sekedar pelampiasan.

Hingga saat di rasa tungkai nya mulai nyeri karna terus berjalan, kaki jenjangnya pun berhenti melangkah.

"Argh! lelah sekali terus berjalan sedari tadi. Kenapa mereka harus mengambil semua uangku! lalu aku harus ke rumah sakit dengan berjalan begitu? sialan sialan sialan!"

Saking kesalnya, Jira tidak sadar ia melontarkan kalimat 'Sialan' sembari menendang-nendang mobil yang terparkir di––ah Jira rasa ini parkiran Bank. Wah kenapa dia memasuki area ini? apa mungkin karna di pikirannya itu uang uang uang jadi tidak berasa berjalan ke gudangnya uang.

Tunggu.

Menendang ya?

Mata Jira serasa akan menggelinding ngeri saat ini saat menyadari tindakan bodohnya. Lihat! sekarang mobil berwarna hitam mengkilat itu berbunyi dengan nyaringnya. Dasar bodoh! Jira membodohi diri sendiri sekarang.

Habislah dia.

"Astaga, bagaimana ini? hei mobil mahal! sudah jangan berbunyi! aku kan hanya menendang tiga kali! lebay sekali sih!" omel Jira pada benda mati yang Jira yakin harganya tak cukup walau jika Jira menjual organ-organ tubuhnya.

"Lebih baik aku per––"

"Ya! kau mau mencuri mobilku ya!"

Damn.

Kan sudah Jira katakan, takdir itu punya dendam terpendam padanya. Sampai-sampai ia harus mendapatkan masalah baru di tengah peliknya masalah yang lain.

Dengan hati-hati ia menoleh ke sumber suara. Dan ya, sial. Seorang pria tengah menatapnya dengan sorot mata penuh penghakiman.

"Tidak! ak-aku, aku tidak mau mencuri kok!"

Tenggelamkan saja Jira saat ini. Kenapa ia harus gagap begitu?

Pria dengan setelan formal kemaja berwarna biru langit dengan dua kancing teratas di buka dan kedua lengan kemeja yang di gulung sampai siku itu memincingkan matanya––wow tampan tapi tatapan intimidasi ya dia lemparkan, ah rasanya Jira sedang di telanjangi saja. Tatapannya tajam sekali sih.

"Tidak mau mengaku ya?"

Jira melotot.

"Aku tidak mencuri sungguh! aku hanya menendang mobilmu saja. Sampai dia berbunyi seperti itu."

"Kau pikir aku percaya? kau mengintip ke dalam kaca mobil lalu membuat mobilku berbunyi. Mengaku saja!"

Silahkan hujat Jira untuk itu. Kenapa dirinya harus melakukan hal bodoh dengan mengintip isi mobil dengan praduga takut ada seseorang di dalam mobil itu. Sangat sangat sangat tindakan yang bodoh.

Taehyung, pria yang sedang menatap kesal ke arah Jira itu terus menanti balasan perempuan itu. Bukan tanpa alasan dia menuduh Jira seperti itu, saat ia baru keluar bank dan hanya tinggal tiga puluh langkah lagi sampai di mobilnya. Dia malah dikejutkan dengan bunyi nyaring yang ia yakini berasal dari mobilnya dan saat ia sudah dekat, pemandangan wanita aneh itu mengintip isi mobilnya yang ia tangkap.

"Begini saja. Nah, kau lihat cctv itu?" Jira menunjuk kamera pengawas yang terpasang tepat mengarah ke arah keduanya.

"Mari kita lihat cctv nya, aku bisa buktikan aku tidak ada niatan mencuri," ucap Jira lagi.

"Wah. Kau cukup berani juga ya nona pencuri? baiklah. Aku ingin tau apa rencanamu, apakah saat aku sedang lengah karna memperhatikan cctv lalu kau mengambil kesempatan itu untuk kabur atau cara yang lain?" seringai tercetak di wajah rupawan pria bermarga Kim itu.

Mendengarnya, rasanya Jira ingin sekali memukul mulut pedas pria itu.

"Kau sudah cukup membuatku kesal,"

Taehyung mengerutkan kening. Merasa bahwa dirinyalah yang dirugikan.

"Kau pikir kau tidak membuatku kesal? ditengah kesibukanku aku harus berdebat dengan pencuri sepertimu,"

"Yak! sudah kubilang aku bukan pencuri!"

"Sudahlah, ayo kita lihat cctv itu. Dan kupastikan kau tidak bisa kabur," mantap Taehyung.

Jira semakin marah. Pria di depannya ini benar-benar menguras emosinya. Pencuri? yang benar saja. Mungkin, pria yang Jira nilai memang sangat tampan itu, harus dirinya beri pelajaran. Ah bukan pelajaran, tapi dimanfaatkan lebih tepatnya.

"Tunggu dulu! sebelum kita lihat siapa benar dan salah. Mari buat perjanjian,"

Taehyung sudah hampir habis kesabaran.

"Maksudmu?"

"Jika ternyata aku benar mencuri seperti apa yang kau tuduhkan, kau bisa bawa aku ke polisi. Menuntutku sesukamu. Tapi," Di sela jedaan kalimatnya, Jira sempat memberikan senyum mematikan pada pria Kim itu.

"Jika kenyataannya aku yang benar dan kau yang salah, maka kau harus berikan aku uang sebesar 50 juta. Bagaimana?"

Yes! aku mendapat pencerahan atas masalahku yang satu itu! ayolah tuan menyebalkan, iyakan permintaanku!

"Baik, aku setuju."

...........

Jira jangan seneng dulu

tae be like " tidak semudah itu sayangku"

eheheehhe

Jangan lupaa tinggalkan jejak!

Lint💜

CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang