008

1.8K 303 85
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nila tersenyum lebar, tadi bahkan Cakra sudah mengejeknya dengan mengatakan bahwa Nila orang gila. Tapi, Nila gak perduli. Toh, dia kan Adiknya Cakra jadi otomatis Cakra juga ikutan gak waras.

Alasan Nila bahagia? Tentu saja gak jauh-jauh dari Biru yang pagi ini udah duduk manis di ruang tamu kediamannya. Soal restu? Aman! Bunda bahkan langsung menawari Biru untuk menikahi Nila secara Siri kalau Biru malu. Memang Bundanya agak mirip germo, rela aja ngejual anaknya asal calonnya cakep.

Jadi, pagi ini Biru menjemput Nila untuk jalan alias nge-date. Kata Biru sih supaya saling mengenal, tapi dipikiran Nila udah tersusun rapi segala jenis makanan yang mau dia cicipi.

“Kita mau kemana?” Nila langsung bertanya padahal dia baru aja duduk di mobil Biru. Biru senyum, kayanya emang tipe cowok ramah yang doyan senyum. Adem.

“Kamu sukanya apa?”

Kamu.” Jawab Nila sambil terbahak membuat Biru menggeleng, “Saya kan udah jadi punya kamu.” Balasnya membuat Nila menggeleng geli. “Biruuuu!”

Biru tersenyum, “Ke salah satu tempat favorit saya, ya. Mau?”

Nila mengangguk, “Ayo deh! Tapi, habis itu ke tempat favorit aku ya?”

“Boleh, dimana?” Biru menatap wajah Nila sekilas sebelum kembali serius ke arah jalanan didepannya. Masih lenggang soalnya terbilang cukup pagi.

“Tempat makan.”

Hah?” Biru memandang Nila dengan cengo membuat Nila tertawa. “Aku suka makan, kita gak bakalan siap untuk menghadapi apapun kalau perut gak ke isi.” Nila mengedipkan matanya ke arah Biru, “Jadi, kalau nanti aku marah sama kamu. Ya ajak makan aja.”

Biru mengangguk paham, mencoba mengingat jelas mengenai informasi yang didapatnya barusan. “Saya gak bisa marah.”

“Beneran?” Nila menghadap ke arah Biru yang masih menyetir, “Kamu gak marah? Kalau aku giniin?” Tangan Nila sudah menghalau mata Biru. Untungnya mobil mereka sedang berhenti karna lampu merah, Biru cuma menggeser tangan Nila. “Nanti kita celaka, aku udah janji sama Bunda untuk jagain kamu.”

Nila menggelengkan kepalanya sambil berdecak heran, “Ck! Biru-Biru, kamu kalau gak Gay mungkin udah jadi pujaan semua gadis. Percaya sama aku.”

Biru mengangguk, “Oh, oke.”

Nila jadi kesal mengetahui respon Biru yang terbilang lempeng. “Kok kamu gak seneng sih? Ini aku barusan muji kamu lhoo!”

“Saya lebih seneng kalau jadi pujaan kamu. Gak usah semua gadis.”

Biru dan Nila bertatapan selama beberapa detik sebelum tawa Nila terdengar, “Biru, astaga! Kamu habis baca apa sih?”

Bi-La (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang