"Jadi, kemarin pas malam minggu lo ke café si Bita?" Nila memandang lelaki didepannya dengan sinis. Nanya sih, nanya tapi cemilan Nila gak dihabisin juga dong.
Nata tersenyum kemudian memberikan cemilan yang tadi dibawanya. Nila jadi senyum. "Makasih ya Nat, untung ada lo. Kantor berasa surga."
Nata mengangguk sementara Lani dan Diar membuka cemilan yang tadi diberikan Nata. Hari ini kerjaan mereka tak terlalu banyak dan sudah diselesaikan sejak sejam yang lalu, makanya mereka berkumpul di depan meja Nila.
Selain karna memang itu berada di tengah, meja Nila biasanya berisi banyak cemilan.
"Tau nih, Argy!" Lani mendengus, "Gak pernah beli makanan tapi selalu bagian ngabisin doang. Benalu!"
Nila tertawa mendengar sebutan yang diberikan Lani untuk Argy, sebenarnya Nila yang paling muda diantara mereka. Tapi, Argy sama Nata minta supaya Nila memanggil mereka tanpa embel-embel 'Mas'.
"Kan kemarin abis malam mingguan, Mba." Argy tersenyum tak enak, "Habis buat jajanin 'doi'."
"Doi mana sih, Gy? Kamu mah tiap malam minggu ganti cewek, gak takut kena penyakit kelamin ya?!"
Diar mengejek sifat Argy yang suka gonta-ganti pasangan. Memang Argy termasuk kalangan pria yang 'bebas', makanya gak heran kalau Argy udah gak perjaka.
"Ssst... Nanti boss denger." Nata memperingati suara Lani dan Diar yang melengking, "Kamu juga Gy, kurang-kurangi deh sifat berbagi itu."
"Berbagi apaan?"
"Berbagi benih maksudnya Nata." Nila menimpali sambil tertawa membuat yang lain jadi ikutan tertawa. Sementara Argy cuma bisa mendengus. "Alah, Nata juga ikutan."
"Serius, Nat?" Diar masih tak yakin dengan apa yang baru didengarnya, dia tahu sih kalau jaman sekarang itu jarang banget ada lelaki yang 'bersih' tapi tetap saja aneh kalau yang dituduh itu Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi-La (Complete)
Short StoryBiru gak pernah mikirin nikah. Nila selalu gak siap nikah. Terus, kenapa mereka nikah?