017

2K 297 29
                                    

"Tau gak, tadi gue ketemu siapa?" Abas sekarang berada di ruangan Biru membuat laki-laki yang awalnya fokus dengan kertas didepannya langsung menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tau gak, tadi gue ketemu siapa?" Abas sekarang berada di ruangan Biru membuat laki-laki yang awalnya fokus dengan kertas didepannya langsung menatapnya. "Siapa?"

"Bini lo."

Bibir Biru langsung tertarik membentuk senyuman ketika Abas membicarakan soal Nila. "Oh ya, dimana?"

"Di cafe biasa."

Biru menganggukkan kepalanya masih dengan senyuman. "Dia tadi udah makan?"

Abas mendengus, "Tsk! Biru ada yang lebih penting dari urusan perut Nila." Biru mengernyitkan matanya dengan bingung, "Urusan Nila udah makan atau belum juga penting, Bas. Saya gak mau dia sakit."

"Tapi, nyatanya lo malah bikin dia sakit." Tuduh Abas langsung.

"Maksudnya?"

"Kapan lo akan cerita soal ketemu Trey?" Biru terdiam sebentar dengan mata menerawang, setelah itu kembali menatap ke arah Abas dengan tersenyum. "Nila yang bilang?"

"Dia bahkan mikir kalau lo bakalan selingkuh."

"Saya gak akan selingkuh."

"Tapi, katanya lo kelihatan natap ke arah rumah Trey dengan tatapan penuh kerinduan."

"Saya cuma kaget."

Abas menatap Biru tak percaya, kalau memang hanya kaget tak mungkin Nila sampai segitunya.

"...dan sedikit senang."

Abas menggeleng lalu duduk di depan Biru, wajahnya terlihat lelah. "Biru, gue ngerti kalau lo belum terlalu paham sama yang namanya perempuan. Tapi, salah satu hal yang paling krusial itu mereka sangat menjaga hatinya."

Tangan Abas menghentikan Biru dari upaya untuk memotong ucapannya. "Kalau sama pria lo mungkin akan baikan setelah ada kesalahpahaman. Perempuan gak semudah itu, mereka perlu waktu. Perlu berpikir apakah layak untuk dimaafkan atau nggak. Makanya perempuan itu lembut dan rapuh disaat bersamaan."

Biru terdiam, kepalanya mencerna apa yang disampaikan Abas barusan. Padahal selama ini Biru merasa kalau dirinya sudah mengenal Nila secara keseluruhan, nyatanya dia gagal memahami ketakutan kecil dari istrinya. Ketakutan karna dirinya, suaminya.

"Terus Nila mau gimana?"

"Emangnya lo mau dia gimana?" Abas menatap Biru dengan serius, "Cerai?"

Biru tampak kaget mendengar kata itu, padahal dulu dia selalu beranggapan jika pernikahannya dengan Nila akan berakhir diperceraian. Tapi, sekarang dia tak mau itu terjadi.

"Saya gak mau cerai sama Nila."

Abas tersenyum, "Lo punya istri yang hebat. Tolong jangan sia-siakan, apalagi kalau lo cuma terjebak sama ingatan masa lalu. Trey mungkin dulu adalah sesuatu yang paling lo harapkan tapi nyatanya yang lo butuhin bukan dia kan?"

Bi-La (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang