Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nila memandang kesal ke arah tiga orang didepannya. Cakra bahkan tersedak berkali-kali ketika melihat tatapan tajam adiknya, "Biru, istri lo kenapa sih? Serem!"
Karis menyenggol lengan Satria, "Sat, mirip orang birahi tapi gagal gak sih?" Nila langsung melotot membuat Karis bersembunyi dibelakang punggung Satria. Sementara Satria cuma tersenyum geli, mungkin menyadari apa yang terjadi sebelumnya.
"Ganggu ya, kita?" Satria menatap Biru yang tersenyum tipis, "Gak kok, Mas."
"Tanya Nila dong, Mas." Nila memegang wajah Satria agar menatapnya, "Soalnya ganggu banget, tau gak!"
Satria terbahak, sementara Karis dan Cakra yang belum memahami situasinya masih mengkerut ketakutan. Nila beneran galak, tapi mereka bingung apa salah mereka?
Biru menenangkan Nila dengan mengelus pelan lengan gadis itu, "Jangan marah." Nila mengerucutkan bibirnya sebal tapi beranjak untuk mendekat ke arah Biru dan menyandarkan dirinya ke lengan pria itu. "Kesel."
Karis mengigil melihat pemadangan didepannya sementara Cakra mendorong kening Nila dengan telunjuknya agar menjauhi Biru. "Dek, gak usah nemplok. Biru nanti gatal-gatal."
"Ih, Mas Cakra!"
Biru tertawa, dia selalu merasa terhibur dengan interaksi antara Nila dan tiga pria dihadapannya. Walau sering ribut tapi mereka terlihat saling menyayangi dan mengasihi.
"Jadi, Mas ngapain kesini? Pulang aja deh."
"Sembarang!" Karis melotot mendengar ucapan Nila yang seenaknya. "Mas sih, mau ngomong sama Biru soal kerjaan. Gak tau kalau Cakra. Si Satria mah emang doyan ikut aja. Dia gak punya teman." Setelah itu terdengar teriakan kesakitan dari Karis karna pahanya di pukul Satria. "Mas, mau kasih hadiah dari Kesha."
Nila menerima bingkisan yang diberikan Satria, kemudian menatap Cakra. "Mas ngapain? Kalau mau utang gak ada. Mas gadain harga diri aja sana, ke penggadaian. Itu juga kalau laku."
Cakra menarik pipi Nila dengan gemas membuat Nila kesakitan. "Adek Mas udah berani ngusir ya? Mas jadi pengen nginep disini deh."
"Ih, sakit Mas!" Nila kesulitan berbicara karna pipinya yang di cubit, "Pulang aja Mas, disini gak ada kasur. Nanti Mas bisa sakit." Cakra menatap Nila dengan aneh. Gak biasanya adik semata wayangnya ini sampai memikirkan masalah kenyamanan Abangnya. Apa jangan-jangan..
"Biru, tadi lo mau mulai proses bikin cucu ya?" Tanya Cakra terang-terangan membuat Biru tersedak dan batuk. Nila yang kaget langsung menyodorkan air yang ada didepan Cakra, masa bodoh kalau itu punya Abang-nya.
"Mas, nanyanya jangan gitu dong. Biru gak siap."
Cakra tersenyum geli, "Tanya kamu gitu. Dek? Males ah, nanti malah di ceritain detail-nya. Kamu kan gak tau malu."