Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bita duduk di depan Nila, sementara Kara yang tadi ditelponnya udah ada disamping kanan Nila. Mada dan Wira udah duduk disebelah pasangan masing-masing. Serius, Nila berasa jomblo padahal statusnya itu istri Biru.
Tapi, gak perlu. Kali ini Nila gak perlu Biru, soalnya dia kan mau bergosip perihal suaminya.
Astaga, istri durhaka kamu Nila.
"Woi!" Kara kesal juga sejak tadi temannya itu melamun, "Lo manggil gue kesini buat apa? Pakai minta bawa suami gue pula. Sengaja ya, biar gue gak selingkuh?" Mada sih cuma memandang Kara dengan tatapan lurus dan wanita itu sudah tersenyum manis. "Bercanda Papa."
Nila bergidik jijik, Bita dan Wira juga melakukan hal yang sama dengan Nila. Melihat Kara sok manis, itu memualkan. Percayalah.
"Sorry, tapi gue tuh mau nanya."
"Tanya apa, Nil?"
Kalau situasinya gak lagi serius mungkin Nila udah ngajak Wira berantem. Nil? Emangnya dia kudanil? Wira boleh aja ganteng, tapi panggilannya barusan itu lho..
"Kapan kalian tahu kalau naksir pasangan?"
"Lo naksir Biru?"
Nila mendelik ke arah Kara sebentar sebelum memilih untuk mengabaikannya. Kemudian beralih menatap Bita. "Gimana, Ta?"
"Nila, jawab gue dulu!" Kara mendesak sampai badannya mepet ke Nila membuat gadis itu risih. "Ibu hamil minggir deh, perut lo tuh offside."
Kara melotot sementara Mada sudah menenangkan istrinya sambil tersenyum tipis. Mungkin sedikit geli mendengar sebutan Nila untuk istrinya.
"Gak tau."
Ucapan Bita membuat Nila memandang temannya dengan serius. "Maksud lo gak tau tuh, gimana? Gue gak paham."
"Gue gak tau gimana mesti jelasinnya. Pastinya lo ngerasa bahagia pas udah sama dia, dan ngerasa kehilangan waktu gak ketemu. Sederhananya sih gitu." Tangan Bita langsung digenggam Wira. Padahal biasanya laki-laki itu cuma bisa berekspresi datar. Tapi, kalau sama Bita ya Wira normal.
Nila mengangguk paham, setelah menyadari pemahamannya barusan. "Kaya Wira yang jauh kelihatan hangat pas sama lo atau perlakuan Mada yang kelihatan ngejaga Kara banget? Itu bentuk tindakan kalau naksir?"
Bita dan Kara saling berpandangan sebelum mengangguk. "Nila, lo tahu kan kalau bisa cerita apa aja sama kita? Lo tahu kan, kalau gue bahkan lebih mencintai lo daripada Mada." Kara menggenggam tangan Nila membuat gadis mendengus. "Mada, istri lo nyeremin banget!"
Mada tersenyum, "Kamu itu sahabat Kara, jadi kamu udah saya anggap saudara."
Wira mengangguk. "Kita gak maksa. Tapi, kamu cukup tahu kalau masih banyak yang selalu siap untuk jadi pendukung kamu."