004

2.1K 337 110
                                    

"Lo tau kan kalau bisa cerita apa aja sama gue?" Biru menatap ke arah sahabatnya dengan pandangan bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo tau kan kalau bisa cerita apa aja sama gue?" Biru menatap ke arah sahabatnya dengan pandangan bingung. "Siapa yang ada masalah?"

"Lo lah! Yang dari kemarin kerjaannya berantakan emangnya bukan lo?" Abas tersenyum mengejek membuat Biru terdiam.

Kemarin memang hampir seluruh kerjanya tidak berjalan sebaik biasanya. Biru bahkan hampir menghapus daftar lokasi pemasaran produk Perusahaannya - dan kalau itu terjadi, mungkin Biru bakalan di pecat tanpa pesangon sedikitpun.

"Kemarin ada cewek yang datang."

"Cewek? Ini lo lagi ngomongin soal lawan jenis kan?" Biru mengabaikan pertanyaan Abas yang menurutnya tak perlu dijawab.

"Dia ngajak nikah."

Wajah Abas melongo yang benar-benar melongo. Bibirnya terbuka dengan tatapan kaget.

"Nikah?"

Biru mengangguk, "Iya. Saya gak tahu dia bercanda atau serius."

"Bercanda itu pasti," Abas menepuk pundak Biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bercanda itu pasti," Abas menepuk pundak Biru. "Lagipula, lo kan gak naksir cewek." Memang cuma Abas yang tahu fakta ini dan masih bertahan untuk menjadi temannya. Abas sempat kaget waktu pertama kali, Biru memberitahukannya.

Tapi, Biru masih ingat jelas apa respon Abas waktu itu. "Orientasi lo, gak bikin nilai lo sebagai manusia dan temen gue menghilang. Justru gue makin kagum dan seneng temenan sama lo. Lo cerita, tandanya lo percaya sama gue. Temen macam apa yang malah kabur pas temennya percaya sama dia?"

Setelah itu mereka kembali seperti biasa, seakan Abas gak pernah tahu soal Biru yang suka laki-laki.

"Dia juga tahu saya gak suka perempuan." Sebelum Abas bertanya bagaimana gadis itu tahu, Biru menjelaskan. "Saya bilang waktu itu. Langsung didepannya."

Abas menggeleng dan berdecak, "Tsk! Lo mestinya kurang-kurangin sikap jujur lo. Gak semua orang bakalan santai nanggepin orang yang statusnya sedikit berbeda."

"Tapi, saya bakalan merasa bersalah ketika berbohong cuma untuk kebaikan saya sendiri. Semua orang bebas dengan perasaannya, tapi semua orang perlu mendapat kejujuran tentang pengakuannya."

Bi-La (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang