018 🔞

3.8K 310 67
                                        

Warning!

Untuk part ini akan ada sedikit adegan dewasa. Bisa di lewatkan, karna tidak akan mempengaruhi cerita part selanjutnya.






 Bisa di lewatkan, karna tidak akan mempengaruhi cerita part selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Biru dan Nila sudah berada dalam rumah mereka. Setelah meluruskan segala hal yang mengganggu pikiran Nila dan menjelaskan sudut pandang Biru, mereka kembali seperti semula.

Biru yang menonton televisi dan Nila yang bersandar di dada suaminya. "Jadi, tadi kamu pulang cepet gara-gara mau jelasin sama aku?"

Biru mengangguk, tangannya tak henti mengelus kepala Nila dengan sayang. "Iya, lagipula saya memang di izinkan sama Mas Karis untuk pulang cepat. Kata dia, bahaya kalau kamu sampai murka."

Nila tertawa membayangkan bagaimana muka Mas Karis. Dia memang sering berantem sama laki-laki itu, tapi jarang yang benar-benar marah. "Bagus deh, kalau Mas Karis sadar diri. Aku memang berencana mau bakar celana dalam dia."

"Celana dalam?" Tanya Biru disertai kekehan, "Saya bingung, kamu katanya gak pernah pacaran tapi kok kosakata kamu ke arah sana terus?"

"Kosakata?" Melihat anggukan Biru membuat Nila nyengir, "Aku gak pernah pacaran soalnya Mas Cakra sama temen-temennya itu protektif banget. Baru ada yang ngelirik aja udah di samperin sama diancam."

"Segitunya?"

Nila tertawa, "Mereka menjaga banget tapi ya itu, mereka juga yang kasih pemahaman-pemahaman merusak jiwa polosku." Nila mendengus, "Kamu tau gak sih, kalau mereka semua itu penjahat kelamin. Tiap malam minggu pergi cuma untuk cari kesenangan duniawi. Geliin."

"Mereka gitu?"

Melihat tatapan tak percaya Biru makin membuat Nila kesal. "Gak percaya? Alasan Mba Kesha milih Mas Satria daripada Mas Karis ya karna itu."

"Apa?"

"Track record Mas Satria lebih sedikit daripada Mas Karis."

"Astaga!" Biru menggelengkan kepalanya, masih kaget ketika tahu fakta itu. Abas juga termasuk spesies itu, tapi kalau Abas kan memang kelihatan langsung dari gayanya yang slalu flirting. "Saya masih gak percaya, Mas Cakra juga?"

"Ah, itu bangkotan tua apalagi. Gak usah ditanya!"

Biru terbahak mendengar perkataan Nila. Tiba-tiba gadis itu berdiri membuat Biru bingung. "Mau kemana?"

"Masak, aku laper."

"Lho, emangnya bisa?"

"Mau masak mie. Kan gampang."

Biru membiarkan Nila berjalan menuju dapur sedang dirinya masih memperhatikan televisi. "Kamu mau?"

"Boleh deh."

Bi-La (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang