Rumah Nila hari ini penuh, karna nanti malam akan ada acara makan malam untuk kerabat dekat dan teman. Kara sama Bita udah membantu sejak pagi, Bita bahkan rela menutup cafe miliknya demi hari ini.
“Nila mana sih?” Kara cukup kesulitan membantu dengan perutnya yang makin besar, Bita yang berada disebelahnya menggeleng. “Masih tidur, mungkin.”
Kara langsung mendelik, “Kita rela-relain datang pagi tapi yang punya rumah malah molor? Keterlaluan!” Wanita itu baru berniat memanggil Nila tapi sapaan dari pintu membuatnya berhenti.
“Permisi! Pagi!”Bita menatap dua orang wanita yang berada di depan pintu dengan tersenyum. “Cari siapa ya?” Bunda memang tengah pergi berbelanja jadi di rumah ini hanya ada Bita, Kara dan Nila – yang masih tidur.
Salah satu wanita tersenyum ke arah Bita, “Ini benar rumahnya Nila?”
“Bener, Mba-mba ini temannya Nila?” Kara mendekat dan memandang dua orang tadi dengan bingung. “Iya, saya Lani yang in –“
“Mba Diar?” Kara langsung menyahut sambil tersenyum, “Masuk aja Mba, Nila udah sering cerita soal Mba Lani sama Mba Diar.” Bita mempersilahkan keduanya dan langsung ke dapur untuk menyiapkan minuman. Diar dan Lani tampak kaget ketika Kara mengenal mereka.
“Kalian?” Tanya Diar sambil menunjuk ke arah Kara, “Saya Kara Mba, yang tadi Bita. Mungkin Nila pernah cerita soal kami, istilahnya kami teman dari jaman kuliah sampai sekarang.”
Lani dan Diar mengangguk dan tersenyum ketika Bita menyodorkan dua gelas cangkir berisi minuman. “Nila mana ya?”
“Masih molor Mba,” Sahut Kara kesal, “Nila kalau lagi libur itu susah banget untuk pindah dari kasur. Dulu, pas jaman kuliah dia juga gitu sampai Bita berkali-kali nelpon cuma untuk mastiin Nila masih bernafas.”
Diar dan Lani langsung tersenyum, tanpa perlu memastikan kebenarannya mereka sudah yakin itu adalah fakta.
Dari arah pintu terdengar langkah kaki membuat empat orang wanita tadi berbalik. Bunda ternyata baru pulang tapi yang menarik perhatian adalah sosok laki-laki yang sedang membawakan belanjaan Bunda. “Ya ampun, rumah Bunda ditinggal bentar udah ramai aja. Cantik-cantik lagi yang dateng. Ini siapa aja?”
Diar dan Lani langsung menyalami Bunda Nila, “Saya Diar Tan, ini Lani. Kami teman satu kantornya Nila.” Bunda mengangguk dan tersenyum, “Tolong sabar-sabarin ya satu kantor sama anak Bunda. Eh, ngomong-ngomong Nila mana?”
Bita dan Kara cuma tersenyum tapi Bunda langsung tahu. “Anak itu, Biru tolong kamu bangunin Nila. Kalau gak mau, siram aja!”
Biru mengangguk kemudian langsung naik ke kamar Nila yang berada di lantai 2.“Punya anak cewek satu tapi pemalasnya bukan main, itu kalau gak ada yang bangunin bisa-bisa baru bangun besok. Bunda pusing sama Nila, mau dibalikin ke Penampungan pasti gak diterima juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi-La (Complete)
القصة القصيرةBiru gak pernah mikirin nikah. Nila selalu gak siap nikah. Terus, kenapa mereka nikah?