Biru masih mengikuti langkah gadis didepannya. Hari ini Nila terlihat santai dengan dress yang dikenakannya, gadis itu bahkan berkali-kali melompat kecil membuat Biru jadi gemas sendiri.
“Mas, calon istrinya kelihatan seneng ya?”
Chef yang ditunjuk Mama Biru untuk menjadi juru masak pada pernikahan mereka tersenyum membuat Biru menggeleng. “Saya jauh lebih senang karna nikah sama dia, Pak.”
Chef itu mendengus, “Biasanya yang dateng kesini selalu ribut. Berantem untuk milih makanan yang cocok disajikan pas acara, eh Mas sama pasangannya kelihatan anteng.”
“Saya percaya kalau dia adalah pilihan terbaik untuk jadi istri saya. Jadi, saya juga bakalan percaya apapun pilihan dia.”
Nila yang tak sengaja mendengar perkataan Biru langsung mendengus, “Kamu malah kelihatan kaya Bucin.”
Biru terkekeh mendengar sindiran Nila barusan, “Gak masalah, asal itu kamu.” Nila menaikkan alisnya dengan pandangan aneh kemudian mendengus, “Pak, mungkin pasangan lain berantem karna calon istrinya gak secantik saya.” Cengirnya yang membuat Chef dan beberapa staff-nya tertawa. “Bisa jadi, Mba.”
Nila menatap staff yang tadi dan tersenyum, “Pak, tambahin gaji Mas yang ini ya.”
Biru menggeleng kemudian mengecek arloji di tangan kirinya, “Ayo, kita mesti fitting kebaya.” Nila tampak berbinar dan mengangguk-angguk dengan semangat. “Pak, jangan lupa ya tadi apa aja yang saya mau. Saya percaya sama Bapak.”
Chef dan staff-nya mengangguk kompak. “Pernikahan Mas Biru dan Mba Nila, akan kami pastikan dapat hidangan terbaik sampai tamu undangannya nambah.”
“Yah, jangan Pak. Nanti saya yang rugi.”
Biru mengacak rambut Nila dan menarik tangan gadis itu agar mengikutinya. “Duluan, Pak.” Sahutnya yang kini menggenggam tangan Nila.
“Mereka pasangan yang serasi ya?”
ו°•×
“Kemarin kata Mama kamu pesan kebaya warna putih buat akad?” Nila mengangguk, “Iya, biar pas akad kamu berasa nikah sama bidadari gitu.”Biru menggeleng gemas mendengar jawaban Nila, sebenarnya dari awal Biru udah menganggap Nila sebagai malaikat. Memberi bantuan setiap dia butuh pertolongan.
“Terus siangnya?”
“Gak tau, Bunda yang pilih. Kalau malamnya kamu tau?”
Biru mengangguk, “Pakai gaun kan?”
“Ih, malam habis acara maksud aku.” Biru langsung melotot panik membuat Nila tertawa. Kelihatannya dia memang sengaja menggoda laki-laki disebelahnya. “Udah sah, boleh pegang-pegang lho.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi-La (Complete)
Short StoryBiru gak pernah mikirin nikah. Nila selalu gak siap nikah. Terus, kenapa mereka nikah?