Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nila, kita ke rumah sakit dulu." Mobil yang tadinya mengarah ke kantor Nila berubah haluan, Nila melirik ke arah Biru yang kelihatan panik dan cemas. Mau tanya, tapi takut dibilang kepo. Akhirnya Nila hanya mengingatkan Biru. "Jangan ngebut, nanti kita kesana malah jadi pasien."
Biru tersentak, mungkin baru sadar kalau sekarang ia tengah membawa orang lain disebelahnya. "Maaf, nanti setelah sampai disana kamu bakalan saya antar."
Nila menggeleng, "Gak masalah, aku baru aja minta izin."
"Kamu sakit?"
Nila tertawa geli bisa-bisanya setelah kepanikan tadi, Biru malah mengkhawatirkannya. "Nggak, mau nemenin kamu."
"Nemenin?"
"Di izinkan kok, kan nemenin calon suami."
Biru tersenyum, tampaknya sudah terbiasa dengan segala hal tak terduga yang terdengar dari bibir mungil gadis itu. "Maaf ya."
Nila menggelengkan kepalanya terlihat bosan, "Biru! Sekali lagi kamu minta maaf kita mesti nikah ya?!"
Dan Biru kembali tersenyum ketika mendengar ancaman tak masuk akal milik Nila. "Iya." Jawabnya kalem.
Gantian Nila yang tersenyum.
Mereka berdua tahu, kalau yang tadi hanyalah bercanda. Momen terbaik untuk menghancurkan rasa panik dan kalut untuk Biru. Dan, Biru sangat berterimakasih untuk itu.
ו°•×
"Mama, gimana keadaan Papa?" Nila mengekori Biru, walau terburu-buru laki-laki itu masih menyempatkan dirinya untuk membukakan pintu untuk Nila. Bahkan masih berjalan pelan untuk menyamai langkah Nila.
Wanita yang disapa Biru tampak cantik walau dengan bekas air mata di wajahnya. "Papa tiba-tiba bilang kalau dadanya sakit."
Biru mendekat ke arah wanita yang melahirkannya dan mencium genggaman tangannya. "Papa pasti gak apa-apa, tapi Mama gimana?" Wanita itu tersenyum dan Nila bisa melihat tatapan lembut yang selalu ada di Biru. Beneran Mamanya - batin Nila.
"Kamu kenapa gak pernah pulang ke Rumah?" Dari belakang sini, Nila bisa tahu tubuh Biru menegang. Mungkin, Biru tak siap dengan pertanyaan ini.
Nila menyerobot ke depan, pura-pura memasang wajah panik. "Biru, gimana keadaan Pa - eh?" Gak percuma selama kuliah dia ikut kegiatan theater. Wajahnya dibuat kaget sealami mungkin, dari pertama lihat Biru dia tahu kalau lelaki itu sebenarnya polos. Dan ketika melihat Mamanya, Nila tahu kalau mereka sama.
Gampang tertipu, dan Nila jago menipu.
"Ma-maaf, Tante." Nila memasang tampang serba salah, kalau Kara disini mungkin dia udah di guyur pakai air biar setannya lari. Wanita itu tersenyum lembut, "Gak apa. Kamu temennya Biru?"