Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka sedang berada di ruang makan. Setelah bersusah payah untuk menahan nyeri, Nila berhasil untuk menunjukkan wajahnya dihadapan Mertuanya. "Gimana?"
Biru menyentuh lengan Nila, dan hal itu langsung membuat wajah Nila merona. Ini karna kejadian semalam, Nila jadi merasa menjadi gadis polos yang malu-malu. Sementara, Biru justru terlihat begitu santai.
"H-hah?"
Biru menggeleng kecil, "Masih sakit?" Tanya terang-terangan membuat Nila kontan melotot. Astaga, Biru. Tidak tahukan ia jika sekarang Mama dan Papanya sudah menatap mereka penasaran.
"Memangnya Nila sakit apa?"
Tuh kan. Lihat! Sekarang Mama sudah mendekat ke arah Nila dengan wajah khawatir. Apa yang mesti dia jawab? Masa dia bilang habis digempur sama Biru? Nila memang kadang gak punya malu, tapi tetap aja dia masih waras.
"Ah, itu -" Nila gugup dan memandang kesal ke arah Biru yang masih tersenyum, tampak menikmati kebingungan Nila. "Biru.." Akhirnya Nila merengek membuat Biru tersenyum geli. Tangannya menarik tubuh Nila supaya mendekat.
"Kami baru menyukseskan permintaan Mama kemarin."
Biru menjawab kalem sementara Nila sudah menyembunyikan wajahnya dibalik dada Biru. Mama dan Papa Biru langsung bersorak kegirangan. "Mama udah gak sabar mau gendong cucu."
"Papa juga."
Astaga, gendong cucu darimana? Mereka baru buat sekali.
Biru berbisik ditelinga Nila dengan lembut, "Sayang, nanti malam lagi ya?"
Nila langsung mencubit lengan Biru pelan membuat laki-laki itu terbahak dan mencium kening Nila berkali-kali.
ו°•×
Sebenarnya Mama dan Papa Biru melarang mereka untuk pulang. Tapi, karna besok pagi Biru mesti bekerja jadinya mereka sudah kembali ke rumah. Nila menyandarkan tubuhnya di sofa. Beneran ngerasa lelah.
Biru datang sambil menyodorkan segelas air ke Nila. "Minum dulu, sayang." Oh ya, sejak semalam Biru selalu menyempatkan dirinya memanggil Nila dengan sebutan sayang. Yang tentu saja membuat Nila senang bukan main.
"Kamu gak capek?" Nila menyandarkan kepalanya di bahu Biru membuat laki-laki itu tersenyum, tangannya langsung mengelus kepala Nila dengan sayang. "Saya baik-baik aja. Kamu gimana? Beneran capek?"
Nila mendengus, "Kamu berisik banget sekarang, tuh."
Biru terbahak mendengar gerutuan Nila. Dia tahu kalau istrinya itu masih malu. Nila ternyata punya sisi pemalu dan tingkahnya itu cukup menggemaskan di mata Biru. "Di cium dong, biar saya diem."