Biru berjalan menuju kebun yang berada disebelah kiri rumah, didepannya ada Cakra yang memang meminta Biru untuk mengikutinya. “Kenapa Mas?”Cakra memandang Biru dengan seksama sebelum berdecak, “Tsk! Mas gak tahu apa yang sebenarnya kalian berdua rencanakan.” Biru menegang di posisi duduknya. Dia kira Cakra tidak akan sepeka ini. “Maksud Mas?” Biru mempertahankan sikap pura-puranya.
“Biru, Mas ini Abangnya Nila. Mas yang berdiri di samping Bunda ketika Nila lahir pertama kali ke dunia ini. Mas tahu, gimana dan apa aja pikiran Adik Mas.” Cakra menggeleng lemah, “Mas tahu, kalau kalian menikah tanpa rasa. Tapi, Mas juga tahu kalau kalian akan berhasil.”
Biru menatap Cakra bingung, dia kira Cakra akan menyuruhnya untuk menghentikan rencana pernikahan ini.
Cakra mendengus, “Mas memang gak suka pernikahan tanpa cinta. Tapi, Mas juga penyebab kenapa Nila gak percaya sama cinta. Keberatan kalau Mas cerita?”
Biru menggeleng, sebenarnya dia juga penasaran kenapa gadis sebaik dan seceria Nila akan berubah menjadi datar dan kaku bila ada yang menyebut soal cinta.“Kamu tahu, kenapa kami cuma punya Bunda?” Cakra memulai ceritanya dengan bertanya. Biru bisa melihat wajah laki-laki itu tegang, “Dulu keluarga kami lengkap dan bahagia. Harmonis mungkin kata yang tepat, tapi itu sebelum Ayah jatuh hati dengan Sekretarisnya. Ayah selingkuh, itu benar-benar momen kehancuran buat gambaran harmonisnya keluarga kami.”
Biru terdiam, dia cukup kaget dengan yang baru didengarnya. Memang sedari awal Nila tak pernah menyebut perihal keberadaan Ayahnya dan Biru juga tak ingin banyak tanya. “Terus sekarang dimana keberadaan Ay- eh, maksud saya..”
“Mati.”
Cakra menyeringai membuat Biru kaget. “Meninggal Mas?”
“Kecelakaan, mungkin Tuhan juga lelah membiarkan ‘orang itu’ hidup. Terlalu banyak hal yang menyakitkan jika ‘dia’ masih hidup.” Cakra tersenyum tipis, “Waktu itu, Nila masih yakin kalau itu bukan kesalahan cinta melainkan memang jodoh Bunda hanya sampai situ.”
“Tapi?” Biru yakin memang ada lanjutan dari cerita Cakra.
“Tapi, nyatanya mantan istri Mas juga selingkuh.” Kali ini Cakra nyengir, dia terlihat santai saat membicarakannya. “Padahal Mas ganteng, tapi mungkin selingkuhan dia lebih ganteng kali ya?”
Biru menepuk pundak Cakra pelan, “Mas berhak bahagia.”“Mas tahu, makanya Mas gak marah soal perselingkuhan itu. Mas kecewa, tapi Mas gak benci. Gimanapun, dia pernah berjuang bersama tapi mungkin dia nyerah karna menurutnya yang kami perjuangin udah beda.”
“Nila?” Tanya Biru lagi.
“Dia marah, menurutnya Bunda sama Mas gak seharusnya di khianati seperti itu. Kami adalah contoh orang yang jatuh cinta tapi gagal. Dan Nila, mungkin gak mau untuk gagal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi-La (Complete)
Cerita PendekBiru gak pernah mikirin nikah. Nila selalu gak siap nikah. Terus, kenapa mereka nikah?