007

1.9K 318 70
                                    

“Kapan saya bisa bertemu orang tua kamu?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kapan saya bisa bertemu orang tua kamu?”

Nila langsung nyengir mendengar pertanyaan Biru. “Kamu sebenarnya langsung lulus kualifikasi Bunda.”

Biru mengernyitkan keningnya, “Maksudnya?”

“Bunda itu suka sama yang tampan, kamu kan tampan.” Nila menyeringai, “Pake – banget.” Tambahnya.

Biru tersenyum geli, sebenarnya selalu merasa takjub bagaimana santai-nya Nila menanggapi segala hal. Seakan tak ada satupun masalah dalam kehidupan gadis itu. “Jadi, kapan?”

“Astaga, Biru kamu barusan kedengaran ngebet banget.” Nila menatap Biru dengan tatapan jenaka, “Jangan bilang, sekarang kamu udah naksir aku? Tunggu – seingatku, jenis kelaminku masih perempuan.”

Biru mendengus, hal yang pertama kali dilakukannya di depan Nila. “Kamu jangan bercanda.”

Nila mengangkat tangannya, gesture menyerah. “Jangan marah, aku gak mau kehilangan calon potensial kaya kamu.” Nila menimbang-nimbang sebelum berkata, “Besok kamu mesti temuin Mas Cakra. Kalau kamu berhasil meyakinkan dia, maka selamat kita akan menikah secepatnya.”

Gadis itu langsung turun setelah sadar kalau mobil sudah berhenti didepan rumahnya. “Harus berhasil, soalnya kamu mesti nikahin aku lho!” Ancamnya membuat Biru tersenyum.

Nila masih sempat melambai dengan heboh sebelum menghilang dibalik pintu. Biru masih bertahan beberapa detik sebelum menghela nafasnya memikirkan rencana besok. “Apapun yang terjadi, harus dapat restu.”


ו°•×


Biru gak pernah melakukan ini sebelumnya – bukan, ini bukan soal lamaran atau meminta restu secara langsung. Karna hal itu, sebelumnya bahkan tak pernah muncul dalam benak Biru. Tapi, ini pertama kalinya dia mendatangi ruangan Manajer Operasional.

Tadi pagi, Abas dan Asta memberitahunya jika lebih baik langsung bertemu Cakra di ruangannya. Selain lebih pribadi, ruangan itu juga membuat Cakra berpikir dua kali kalau mau menghajar Biru – ini kata Asta.

Tapi, yang Asta, Abas bahkan Biru tak bisa prediksi adalah kalau diruangan itu ternyata bukan hanya ada Cakra. Tapi, lengkap dengan dua sahabat setianya. Karis dan Satria.

Wah, tumben ada anak buah lo Ris.”
Cakra pernah bertemu Biru beberapa kali, dia juga pernah minta tolong pria itu untuk menjemput adiknya. Selain rumor Gay, Biru merupakan pekerja yang kompeten dalam tim Marketing milik Karis.

Biru tersenyum ke arah mereka bertiga.
“Kenapa? Mau manggil Karis atau mau ketemu Satria?” Lagi-lagi suara Cakra yang menyapa, soalnya memang cuma dia yang tak pernah berurusan dengan Biru.

Bi-La (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang