RIAN 🍦First Meet🐣

12.9K 333 8
                                    

Pagi paling ambyar, paling malas bagi seorang gadis berambut lurus bergelombang sebahu itu. Pagi ini dia harus datang lebih pagi dari biasanya karena dia bertugas sebagai pengibar bendera di upacara Senin ini.

"Ca, buka pintu. Bangun. Katanya harus berangkat pagi." Bunda Caca berteriak sambil mengetuk pintu kamar Caca.

"IYA, BUN. CACA BANGUN," teriaknya dari dalam kamar.

Gadis berparas cantik itu bernama Syakilla Okta Salsabila. Anak satu-satunya dari Lina, remaja SMA yang manja. Namun ia hanya manja ketika di rumah, di luar dia bersikap layaknya anak-anak SMA lain.

Caca selesai dengan ritual rutinnya sebelum ke sekolah. Caca menuruni anak tangga menuju ruang tengah dimana Bundanya berada.

Caca melihat keluar, awan nampak terlihat menghitam.

'Pagi-pagi udah mendung aja,' batin Caca.

Caca menghampiri Bundanya yang tengah duduk dikursi ruang tengah. "Caca pamit, Bun. Takutnya keburu hujan."

"Yaudah, hati-hati ya, sayang." Caca tersenyum dan menyalami bunda nya.

Caca memang tergolong anak dari keluarga berada, namun dia tak mau menunjukan nya. Dia lebih senang terlihat sederhana. Berangkat skolah pun, dia lebih memilih naik angkutan umum daripada di antar oleh Ayah atau Bunda nya menggunakan mobil.

Caca menunggu angkot di depan rumahnya. Namun angkot tak kunjung datang. Langit semakin menghitam, awan pun sudah tak kuasa menahan beban air hujan. Waktu menunjukan pukul 07.00, tapi angkot tak kunjung datang.

"Kalau aja bisa melesat, gue gak perlu nunggu lama kayak gini. Iya kalo sambil jaga parkir lumayan dapet uang. Lah ini, malah dapet pegel doang," gerutu Caca yang sudah kesal.

Lima menit setelah itu angkot datang. Caca naik dengan terburu-buru karena mengejar waktu.

Di perjalanan menuju sekolah, hujan akhirnya turun ke bumi.

'Nih supir gak bisa kayak turbo gitu bawa angkotnya. Udah telat ini.' Caca membatin.


🍦🍦🍦

Setelah menempuh waktu 15 menit perjalanan, akhirnya Caca sampai disekolah dengan selamat. Hujanpun sudah reda.

Caca berlari ke gerbang karena jarak dari jalan ke sekolah lumayan jauh. Namun sia-sia, gerbang sudah di tutup dan tepat di depan gerbang sudah terdapat pengurus Osis yang berjaga.

"Caca gimana sih? Kok telat? Bikin ribet tau gak? Kan udah disuruh jadi petugas malah datang telat. Jadi bikin tatanan upacara acak-acakan." Emosi Osis seniornya tiba-tiba saja membludak.

"Bukan maunya Caca telat, Kak. Tapi tadi gak ada angkot," balas Caca.

"Kan bangunnya bisa lebih pagi. Kalo pagi banyak kok angkot lewat."

Caca diam dan menggerutu dalam hati. 'Matamu pagi-pagi banyak angkot. Gue juga pagi kali, tetep aja angkot gak ada.'

"Kok diem disitu?!" bentak sang senior dengan wajah sewotnya.

"E-eh, maaf, Kak. Terus Caca harus apa?"

"Ikut sama yang lain mungutin sampah!" perintah senior itu.

"Iya, Kak," jawab Caca sopan.

Caca tidak melawan, Caca menuruti perintah dari sang senior, karena Caca tahu, ini semua salahnya karena telat.


🍦🍦🍦

Caca tengah menjalani hukuman yang diperintahkan oleh seniornya. Namun, Caca melihat diujung sana, pria berbadan tinggi dengan santainya turun dari motor.

'Santuy banget tuh orang.' batin Caca.

Caca yang melihatnya sedikit asing karena pria itu memakai helm fullface. Masa bodoh, Caca tidak peduli dan memilih melanjutkan kegiatannya.

"Kebiasaan, Yan. Telat terus," ujar wanita penjaga gerbang itu.

"Santai aja kali. Yang telat bukan cuma gue," balas pria itu santai.

"Heh! Yang lain itu telat nya sekali dua kali. Lah lo, Senin sampai ketemu Senin lagi telat terus!" bentak wanita itu.

"Kebanyakan bacot. Tinggal bilang hukumannya apa, ribet!"

Wanita itu menghela nafas panjang. "Iya udah, lo mungutin sampah deket dia tuh. Deket Caca yang sama lagi mungutin sampah!" perintahnya.

"Oke." Balasan pria itu sangat singkat, padat, dan akurat.

"Dasar so cool," gerutu wanita itu.

Riandi Arkana Putra. Pria ber-helm fullface tadi adalah sang kapten futsal di SMA Taruna Mandiri, tempat Caca sekolah. Rian tergolong mostwanted di sekolah. Tergolong mostwanted, tidak menjadikan Rian menjadi sosok yang ramah pada semua orang. Karena Rian seorang yang dingin, cuek, dan jarang peduli pada keadaan sekitar.

Rian melaksanakan hukuman tanpa perlawanan. Buktinya, Rian dengan santainya memunguti sampah yang ada.

Caca berniat membuang sampah yang sudah dia kumpulkan. Tempat sampah yang Caca tuju berada diujung halaman sekolah. Itu artinya, Caca harus melewati Rian untuk sampai ke tempat sampah tersebut.

Caca berjalan santai melewati Rian sambil membawa sampah yang sudah ia kumpulkan di dalam tempat sampah yang lebih kecil. Tempat sampah yang ia bawa pun sudah penuh dengan sampah.

"Permisi, Kak." Bentuk Caca menghormati orang yang ia lewati.

"Hm," jawab Rian dengan ciri khas dinginnya

"Najis dingin banget," gerutu Caca.

Tanpa disadari, kata-kata Caca terdengar oleh Rian.

"Gue denger," celetuk Rian.

Seketika Caca mengehentikan langkah nya. "Nih mulut gak bisa dikontrol banget," gerutu Caca yang membelakangi Rian.

"Kalo ada yang ngomong tuh, tatap orangnya," ketus Rian yang memandang punggung Caca.

Caca berbalik dan menatap Rian kaku. Caca tersenyum kikuk pada Rian.

"E-eh, maaf Kak gak maksud." Caca berbalik menatap Rian.

Rian memandangi Caca dari atas sampai bawah.

"Hm," jawab Rian singkat dan melanjutkan kegiatannya.

Caca mematung di tempat memperhatikan Rian yang sedang memungut sampah. Rian dapat melihat Caca yang masih berdiri ditempat dengan sudut matanya.

"Kok diem? Sana buang tuh sampah!" ucap Rian tanpa menatap Caca.

"Tadi nya kan emang mau buang sampah. Kakak pake cegah-cegah sih," timpal Caca sambil memandangi sampah yang ia bawa.

Rian mendongak dan menatap Caca. "Mana ada gue nyegah ... Sana buang."

"Iya, Kak." Caca berlalu meninggalkan Rian.

Setelah selesai dengan tugas-tugasnya. Caca mencuci tangan terlebih dahulu sebelum pergi ke kelasnya di 11 IPA 2.

***

Part ini sudah melalui revisi, jadi sedikit berbeda dari sebelum nya😗

RIANDI [  COMPLETED  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang