RIAN 🍦Terungkap

1.2K 69 1
                                    


Rian mengantarkan Caca ke rumah sakit tempat Reno dirawat. Kondisi Reno memburuk, menyebabkan Reno harus dirawat di rumah sakit.

Sudah hampir dua minggu Reno di rumah sakit. Caca pun rutin menjenguk Reno.

Rian pun tak membiarkan gadisnya pulang-pergi ke rumah sakit sendirian, Rian selalu menemaninya.

"Gue gak bisa masuk, ada urusan," ucap Rian sebelum Caca turun dari mobilnya.

"Hm ... Iya gak papa. Pasti urusan kantor, ya?"

Rian menghela nafas dan tersenyum. Rian menatap Caca lekat, mengusap puncak kepala Caca. "Maafin gue, gue selalu ninggalin lo. Jadiin lo pelampiasan kalo gue lagi kacau, jarang ada waktu juga buat---"

"Sssttt." Potong Caca, ia menempelkan telunjuk di bibir Rian. "Kak Rian gak perlu ngerasa bersalah gitu. Aku paham kok, Kak Rian gini juga demi masa depan Kak Rian ...," Caca menggantung omongannya.

Rian menatap Caca heran. "Tentunya sama aku." Caca tersenyum di akhir kalimatnya.

Caca terkekeh malu menyadari ucapannya. Rian tersenyum dan menatap Caca penuh arti.

Rian membawa tubuh gadisnya itu ke pelukannya. Rian memeluk Caca erat seakan tidak ingin melepasnya.

Caca membalas pelukan Rian. Caca memejamkan matanya.

'Ohh Tuhan ... Rasanya ingin kuhentikan dunia sebentar saja ... Agar aku bisa terus seperti ini bersamanya,' gumam Caca dalam hati.

'Racun apa yang lo kasih ke gue Ca. Sampe gue gak bisa sedikitpun berpaling dari lo,' gumaman Rian.

Rian melepaskan pelukannya dan menatap Caca sambil tersenyum.

"Love you ...," lirih Rian.

"Eh?" Caca terkejut dan menahan tawa. "Siapa yang love me?" goda Caca.

"Cih! Ganggu suasana aja!" kesal Rian.

Caca terkekeh melihat ekspresi kelas Rian. "Yes ... I love you too," bisik Caca, hampir tidak terdengar oleh Rian.

"Hah? Hah? Apa tadi? Gak kedengeran," goda Rian sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Kak Rian budeg." Caca berbicara tepat di telinga Rian.

"Udah berani ya sekarang sama gue," geram Rian gemas.

Rian menggelitiki Caca. Caca meronta-ronta karena geli. "A--ampun-ampun. Ampun yang mulia raja Arkana, hamba salah," lebay Caca.

"HUAAAA! Yang mulia tidak akan mengampuni mu, Adinda," timpal Rian. Ia terus menggeletiki Caca, hingga Caca sudah lemas karena tertawa. Akhirnya Rian menghentikan kegiatannya.

"Aduh ... Sakit perut aku," keluh Caca sambil memegang perutnya.

"Hah? Sakit? Gue gelitikinnya keterlaluan, ya? Maaf ... Mana yang sakit?" Rian terlihat khawatir.

Melihat kekhawatiran Rian, terbesit niat jahil di otak Caca.

"Awww ... Ini sakit. Tadi Kak Rian gelitikinnya kenceng banget, sampe ketusuk perut aku sama telunjuk Kak Rian." Rengekan Caca terdengar manja.

Rian mengusap perut Caca. Nampak sekali kekhawatiran di wajah Rian. "Masih sakit?"

Caca mengangguk. Rian masih mengelusi perut Caca.

"Udah cocok jadi suami yang ngusapin perut bumil," celetuk Caca menahan tawa.

Rian menatap Caca. "Hah? Bumil?"

"Iya bumil."

"Apaan tuh?" tanya Rian polos.

"Masa gak tau."

RIANDI [  COMPLETED  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang