RIAN 🍦Api Unggun

2.5K 152 2
                                    

Pukul 19.00. Semua kelompok sudah berkumpul di tempat api unggun. Udara cukup dingin karena magrib tadi hujan. Untung saja hanya gerimis, jadi acara api unggun masih bisa dilaksanakan. Gunungan kayu sudah tertata rapi di tempatnya. Tinggal menunggu waktu untuk di bakar.

"Oke. Semua boleh merapat sesuai kelompoknya. Sekarang kalian membentuk lingkaran besar. Semua harus tetap dengan kelompoknya tidak ada yang berpencar." Instruksi Verdi di tengah-tengah para siswa-siswi.

Semua kelompok menuruti instruksi Verdi membuat lingkaran besar. Begitupun dengan kelompok tiga. Kelompok yang tinggal tersisa Rian dan Caca itu ikut menjadi bagian dari lingkaran besar api unggun malam ini. Reno tidak bisa hadir, ia terpaksa harus pulang karena mendapat telpon bahwa ibunya sakit.

"Oke semua sudah rapi. Kita akan mulai menyalakan apinya."

Beberapa anggota OSIS mulai menyirami kayu dengan minyak. Verdi menyalakan korek api dan melemparkannya ke kayu yang sudah siap dibakar.

"HUUU!!!" Semua bersorak ketika kayu terbakar dan api mulai membesar.

"Biar gak monoton, gimana kalo kita semua nyanyi? Setuju gak?" tanya Verdi. Sontak saja membuat semua berteriak setuju. Verdi mengambil gitar, dan mulai memetik senar gitarnya. Semua mulai bernyanyi mengikuti Verdi.

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali ...
Kita berbincang tentang memori di masa itu ...
Peluk tubuhku usapkan juga air mataku ...
Kita terharu seakan tidak bertemu lagi ...

Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan.
Bersenang-senanglah
Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua.

Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
S'moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
Di hari nanti...

Ketika semua sedang asik bernyanyi. Di sisi lain Caca sibuk dengan dirinya sendiri. Caca menggosokkan kedua tangannya sambil sedikit ditiup kemudian menempelkannya ke pipinya. Ia mengutuk dirinya sendiri, mengapa pikirannya memutuskan untuk tidak memakai jaket?

"Huuu ... Ssshhh ... Huuu." Caca terus mengulangi kegiatannya sampai suara hembusan nafas Caca yang meniup tanganya terdengar oleh Rian. Rian menoleh dan terkejut mendapati kondisi Caca yang menghawatirkan.

Tubuh Caca bergetar, wajah Caca lesu dan bibirnya pucat. Rian mendekati Caca, sehingga sekarang tidak ada jarak diantara keduanya.

Rian memandang Caca dan mengelus puncak kepala Caca. Caca tidak sadar dengan perlakuan Rian saat ini kepadanya. Pikiran Caca hanya dipenuhi oleh macam-macam cara yang harus Caca lakukan untuk membuat badannya hangat kembali.

"Lo sakit?" tanya Rian lembut.

"Di-di-dingin." Caca terduduk dan memeluk kakinya yang ia lipat ke dadanya.

Rian menghela nafasnya kasar. Gadis ini aneh, cuaca dingin tapi ia hanya memakai baju panjang tipis.

Rian duduk di hadapan Caca. Rian melepaskan pelukan Caca pada kakinya secara perlahan. Caca menatap Rian sayu. Entah kenapa baru kali ini perasaan peduli Rian menyeruak.

Rian tak tega melihat kondisi Caca saat ini. Rian menggosok-gosokan tangannya dan menempelkannya di tangan Caca. Beberapa kali Rian melakukannya. Namun sia-sia, tubuh Caca semakin bergetar dan tangannya terasa dingin.

RIANDI [  COMPLETED  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang