03. Bad Feeling

2.7K 186 4
                                    

Pagi kembali menyapa keesokan harinya. Bunyi lonceng terdengar di telinga Ester saat gadis itu membuka pintu toko bunga untuk menemui Velli.

"Nyonya Besar." panggilnya saat tak mendapat sambutan seperti biasa dari Velli.

"Di belakang!" sebuah suara menyahut.

Ester meletakkan keranjangnya di bawah meja kasir dan segera menghampiri Velli. Jika wanita itu ada di belakang, pastilah sedang merawat bunganya yang memang dia produksi sendiri. Velli memang sangat pengalaman menangani berbagai macam bunga karena ini sudah menjadi bisnis keluarganya secara turun-menurun. Walau penghasilannya tidak seberapa, setidaknya masih bisa memenuhi kebutuhan sehat-hari Velli dan Ester.

Melihat Ester datang, Velli tersenyum kemudian menyuruhnya mendekat. Gadis yang dia besarkan dengan kasih sayangnya itu terasa semakin cantik dari hari ke hari. Kulitnya bersih dan wajahnya bersinar. Sungguh, kecantikan yang natural tapi mahal.

"Ester, sebaiknya kau tidak perlu ke makam hari ini." ucap Velli kemudian.

Ester mengernyitkan kening mendengar itu. "Kenapa, Nyonya Besar?"

"Entahlah. Aku hanya merasa bahwa hari ini akan terjadi hal buruk padamu."

"Itu hanya perasaanmu saja, Nyonya Besar. Tidak akan terjadi apa-apa padaku."

Velli menggeleng. "Kali ini perasaanku sungguh tidak enak, Ester. Sebaiknya kau membantuku di sini saja."

"Ne!" Ester menggeleng keras-keras. "Kau sudah sering berkata seperti itu, tapi buktinya tidak pernah terjadi apa-apa padaku."

[Ne: tidak]

"Lagipula siapa yang akan melakukan kejahatan kepada seorang gadis buta? Tidak akan ada untungnya." lanjut Ester.

"Kali ini saja, Ester, turuti perkataanku. Kita tidak akan tahu bahaya apa yang bisa saja terjadi padamu."

Lagi-lagi Ester menggeleng. "Aku akan meminta Lotte untuk menemaniku, Nyonya Besar, kau tidak usah khawatir."

Velli menghela nafas lelahnya. "Kalian berdua sama-sama perempuan, apa yang bisa kalian lakukan memangnya?"

"Jangan lupa, Nyonya Besar, Lotte selalu membawa spray cabai di tasnya." jawab Ester sembari tertawa.

Akhirnya Velli pasrah, Ester dari dulu memang keras kepala. "Da da da. Kau dari dulu selalu keras kepala, padahal ini demi kebaikanmu juga."

[Da: Ya]

"Aku lebih suka berjualan di makam, karena bisa sekalian menemani orangtuaku." cengir Ester.

Velli tidak bisa membantah lagi. Orangtua Ester memang dikuburkan di makam itu dan disanalah awal perjumpaan mereka terjadi. Velli yang baru saja kehilangan suami dan anaknya dalam kecelakaan menemukan seorang anak kecil lusuh yang sedang berjongkok di antara dua makam baru. Saat itulah dia memutuskan untuk membawa Ester dan merawatnya, dan itu berhasil memupuskan rasa kehilangan Velli terhadap suami dan anaknya.

Setelah meletakkan dua lusin tangkai bunga lily ke keranjang Ester, Velli memberikan wanti-wanti kepada anak gadis itu untuk selalu berhati-hati dengan orang asing. Ester tersenyum dan hanya mengangguk. Velli terkadang memang bisa menjadi sangat berlebihan dalam segala hal contohnya sekarang.

Keluar dari toko bunga, Ester berjalan ke timur, arah menuju pemakaman. Namun, dia berhenti terlebih dahulu di sebuah restoran siap saji untuk bertemu dengan Charlotte dan mengajaknya untuk menemaninya.

"Duduklah dulu, Ester, Charlotte baru saja selesai sarapan. Akan kupanggilkan." ini adalah suara ibu Charlotte, yang juga baik terhadap Ester walau tak terlalu akrab.

TRAPPED BY MR.MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang