11. Love or Pity?

1.8K 157 8
                                    

Setiap orang di dunia pasti memiliki hobi mereka masing-masing. Beda orang beda pula hobinya. Biasanya hobi tersebut menyesuaikan dengan kepribadian si pemiliknya. Misal orang yang berkepribadian hangat memiliki hobi di bidang sastra. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Drake. Pria kejam dan dingin itu memiliki hobi yang berbanding terbalik dengan kepribadiannya. Melukis. Ya, melukis adalah hobi Drake satu-satunya. Orang yang baru mengetahui itu pasti bertanya-tanya, bagaimana orang seperti Drake memiliki hobi dan kemampuan yang tidak sesuai dengan dirinya? Pasalnya melukis membutuhkan ketenangan dan fokus yang tinggi, dan menurut mereka Drake bukan orang seperti itu. Namun, faktanya itulah keunikan pada pemimpin De Vandal tersebut.

Drake menyapukan kuas ke atas kanfas di hadapannya sebagai sentuhan terakhir. Setelah itu pria berusia tiga puluh tiga tahun tersebut meletakkan kuasnya ke atas palet dan memandangi lukisan yang baru saja dia selesaikan. Menimbang jika ada hal yang harus dia percantik lagi. Namun, nyatanya objek lukisannya kali ini terlalu sempurna untuk dia percantik lagi. Drake tersenyum tipis melihat hasil karyanya.

Di belakang Drake, ada Alec yang senantiasa berdiri menunggu perintah dari sang tuan. Sesekali matanya mencuri pandang ke arah lukisan Drake yang sangat berbeda dari lukisan-lukisannya yang biasanya. Lukisan itu penuh warna, tidak seperti lukisan Drake yang lain yang hanya melibatkan warna monoton. Atau apakah karena objek lukisan itu adalah seorang gadis cantik yang memiliki senyum secerah matahari?

"Apakah dia gadis bernama Ester itu, Tuan?" Alec tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

Drake menoleh lewat sudut matanya. "Apa hakmu bertanya, Alec?"

Alec langsung menunduk. "Maaf, Tuan."

Drake menghela nafasnya kemudian berdiri dari kursi tempatnya melukis. Dia kembali duduk di kursi kebesarannya, tapi matanya masih memandang ke arah lukisan itu. "Ya, dia Ester."

Alec tersenyum. Sepertinya benar, Ester bukan hanya sekedar objek permainan bagi tuannya, tapi gadis itu sudah memiliki tempat tersendiri di dalam hati Drake tanpa tuannya itu sadari. Drake, pria yang sudah menjadi tuannya selama 15 tahun itu akhirnya memiliki perasaan lain selain kebencian yang selama ini membelenggunya.

"Apa yang ada dalam pikiranmu, Alec?" tanya Drake saat melihat Alec diam-diam tersenyum.

"Tidak ada, Tuan."

"Katakan yang sebenarnya." titah sang Tuan.

"Saya hanya berpikir kalau kemungkinan besar Tuan menyukai gadis bernama Ester tersebut." jujur Alec.

"Menurutmu aku menyukainya?" Drake bertanya. Benar-benar bertanya untuk mengetahui perasaannya kepada Ester.

Alec mengangguk. "Da, Ser."

"Aku tidak tahu, Alec. Pada awalnya aku hanya ingin mempermainkan gadis itu, tapi lama-lama aku sadar, aku nyaman saat berada di dekatnya." Drake mengusap wajahnya frustasi. "Jika menurutmu ini memang perasaan yang seperti itu, bukankah seharusnya ini dienyahkan, Alec? Bukankah perasaan ini terlarang bagi orang sepertiku?"

"Apa maksud anda, Tuan?" Alec tidak mengerti. "Bagian mana dari cinta yang tidak pantas untuk manusia?"

"Musuhku ada dimana-mana dan aku bisa membahayakannya." jawab Drake.

"Tuan, aku sudah melayani anda selama 15 tahun lebih, dan selama itu pula aku tidak pernah melihat anda memperlakukan seorang lawan jenis seperti ini. Aku pikir tidak apa-apa, Tuan, justru itu bagus, karena anda memiliki hal untuk dipertahankan sekarang. Anda bisa membentuk keluarga anda sendiri." Alec meyakinkan.

Bukan apa-apa pria itu berkata demikian pada Drake. Melainkan dia ingin tuannya bahagia untuk sekali saja. Karena selama ini hanya Alec yang paling tahu duka terbesar Drake, luka yang berusaha tuannya sembunyikan walau itu percuma jika pada Alec karena Alec sudah bersama Drake semenjak pria itu remaja.

TRAPPED BY MR.MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang