15. Red Carnation

1.6K 132 5
                                    

Sekitar pukul satu lewat seperempat menit, Drake membangunkan Ester. Agak terpaksa sebenarnya, tapi telepon dari Alec yang dia terima beberapa menit yang lalu membuat pria itu mau tak mau mengganggu tidur nyenyak sang gadis. Pria itu masih tenang, tapi berbeda di dalam hatinya, sejak tadi Drake mengumpat, sungguh sial dirinya memiliki pelayan sebodoh Alec, yang ditugaskan menjaga markas De Vandal selama satu malam saja tidak becus. Dan kini dia malah menerima kabar bahwa ruangannya dijarah musuh serta lukisan Ester dibawa kabur.

"Ada apa?" Ester bertanya setengah sadar begitu Drake menarik bahu gadis itu untuk bangun.

"Kita harus pergi sekarang juga, Ester." jawab Drake.

"Apa? Kenapa tiba-tiba?" Ester bertanya lagi, sekarang dengan nada bingung yang menyertai. "Apa ada masalah, Drian?"

"Tidak ada. Kau hanya perlu mengikuti perintahku dan–" Drake mendekatkan bibirnya ke telinga Ester kemudian melanjutkan, "aku akan selalu melindungimu."

Ester merinding dengan suara Drake, tapi tak ayal gadis itu kembali bertanya, "Kenapa, Drian? Ada apa? Melindungiku dari siapa?"

Drake mengerutkan kening karena Ester tak kunjung selesai dengan pertanyaannya. Pria itu jelas tahu kalau Ester adalah gadis keras kepala, tapi baru kali ini dia menyalahkan sifat unik gadis tersebut.

"Drian! Tolong jelaskan padaku, ada apa?! Aku tahu ada yang tidak beres di sini!" desak Ester.

"Kau benar-benar menguji kesabaranku, Ester." desis Drake. Walau menyukai Ester, pria itu masih memiliki sifat temperamental dan pemarah, dan kali ini dia tidak bisa menyembunyikan itu dari Ester membuat gadis di sampingnya mengkerut karena takut.

Melihat itu Drake berdehem berusaha menetralkan emosinya. Setelah menghela nafas, akhirnya pria itu memilih untuk berbohong karena sampai kapanpun Ester tidak akan menyerah sebelum pertanyaannya terjawab. "Perusahaanku mengalami kebakaran, Ester. Sekarang kumohon lekaslah pulang bersamaku, agar aku bisa membereskan semua kekacauan ini."

Ester menutup mulutnya terkejut. "Demi Tuhan, apa yang telah kulakukan?! Maafkan aku, Drian!"

Drake mengangkat alisnya heran. Bukan Ester yang 'membakar perusahaan', tapi kenapa gadis itu yang minta maaf. "Maaf untuk apa?"

"Seandainya kau tidak kemari bersamaku, mungkin musibah ini masih bisa dihindari. Tapi kau di sini bersamaku, sekarang, aku benar-benar minta maaf!"

Drake tersenyum. Sebenarnya mengherankan bagi seorang pemimpin mafia paling kejam di Rusia untuk tersenyum pada saat-saat genting seperti ini, tapi sikap dan perilaku Ester benar-benar sayang dilewatkan tanpa sebuah senyum.

Drake membingkai wajah Ester kemudian menyejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. "Biar kutegaskan padamu, Ester. Ini bukan kesalahanmu dan sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Jika harus ada yang disalahkan, maka salahkan Tuhan yang sudah membuat musibah ini terjadi."

Ester menggeleng. "Kenapa kau menyalahkan Tuhan, Drian? Tuhan itu baik dan tidak pernah membuat kesalahan. Kecuali memberi kehidupan yang berharga kepada ciptaan-Nya bisa disebut sebagai kesalahan."

"Kalau begitu kau lah Tuhanku, Ester."

"Kau mengatakan sesuatu?" Ester bertanya karena merasa mendengar sesuatu yang diucapkan Drake tapi tak terlalu jelas untuk dia mengerti.

Drake terkekeh. "Kalau begitu jangan menyalahkan dirimu juga atas semua ini. Sekarang kita harus pergi dari sini dan menyelesaikan kebaikan yang sudah dikirim Tuhan."

♚♚♚

"Drian, tunggu!"

Drake yang semula hendak menutup pintu mobil di samping kursi Ester menunda niatnya dan merendahkan badan untuk melihat gadis itu. "Ada apa?"

TRAPPED BY MR.MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang