Mengapa Tuhan menggariskan takdir yang sangat rumit untuknya?
Akhir-akhir ini, itulah yang menjadi pertanyaan terbesar seorang Ester.
Dirinya mencintai Drian, sangat. Namun, dia tidak bisa menyangkal rasa benci di hatinya kala mengetahui bahwa ayah Drian adalah orang yang sama dengan yang membunuh kedua orangtuanya.
Ester menyakiti Drian, memang. Namun, dirinya juga merasakan hal yang sama setiap melontarkan hal-hal yang menyakiti hati si pemimpin mafia.
Mereka berdua hanyalah dua orang yang saling mencintai dan terjebak dalam takdir rumit.
Tanpa Ester sadari, air matanya menetes saat dirinya merasakan pelukan Drian yang sangat erat di punggungnya. Wanita itu tidak tahu harus berbuat apa, karena saat ini hati dan pikirannya saling bertolak belakang.
"Terkadang aku menyesal harus lahir sebagai darah daging ayahku, karena itu adalah awal dari serangkaian mimpi buruk yang selalu menghantuiku." ucap Drian, Ester hanya mendengarkannya dalam diam. "Dan saat kau pertama kali hadir dalam kehidupanku, aku sangat bersyukur karena kau adalah satu-satunya hal yang menjadi mimpi indahku di dunia ini."
Ester bisa merasakan pelukan Drian yang semakin erat padanya, tapi wanita itu sama sekali tidak mengeluh dan terus mendengar apapun yang akan diucapkan Drian.
"Jika kau meninggalkanku itu sama artinya dengan mengembalikan semua mimpi burukku selama ini, Ester." lanjut Drian. "Aku tidak memaksamu untuk selalu tinggal di sisiku. Aku akan memberikanmu waktu untuk sendiri jika kau memang membutuhkannya, tapi kumohon jangan pernah memintaku untuk tidak muncul lagi dalam kehidupanmu, karena untuk saat ini hanya itulah satu-satunya hal paling menyenangkan yang pernah kulakukan dalam hidupku, Ester."
Setelah beberapa saat hanya menjadi pendengar setia, akhirnya Ester memutuskan untuk angkat suara. "Aku memiliki banyak kekurangan, Drian, bukan hal susah jika kau ingin melepaskanku. Anggap saja kita tidak pernah bertemu dan lupakan semua hal yang pernah kita jalani bersama."
"Bagaimana bisa kau bicara begitu? Apakah yang sudah ayahku perbuat di masalalu benar-benar sudah menghapusku dari hatimu, Ester?"
Ester melepaskan tangan Drian yang melingkari perutnya kemudian menghapus air matanya sendiri. "Drian, kau tidak tahu serumit apa hidupku saat dua orang yang paling kucintai pergi meninggalkanku sendirian di dunia ini. Rasanya kegelapan yang selalu menemaniku bertambah seribu kali lipat dan seolah menuntutku untuk menyerah saja. Saat aku tahu bahwa Frederick Russell yang tak lain dan tak bukan adalah ayahmu lah pembunuh mereka, aku benar-benar bertekad untuk bisa membalas dendam suatu saat nanti."
"Aku akan membunuhnya untukmu, Ester." sahut Drian tanpa pikir panjang.
Ester menggeleng, sudah tidak terkejut lagi dengan kalimat-kalimat kasar yang terlontar dari bibir Drian. "Jika kau melakukan itu, maka kau tidak ada bedanya dengan ayahmu sendiri."
"Bukankah sejak awal kau memang menganggapku sama dengannya sehingga kau memintaku untuk pergi? Jadi, apa lagi yang harus kupertimbangkan?"
Ester tersenyum tipis mendengar itu. "Kau benar-benar belum mengenalku sepenuhnya, Drian."
Drian diam karena tidak mengerti arah pembicaraan Ester.
"Selamanya, darah akan selalu lebih kental daripada air. Kau adalah anak dari pembunuh orangtuaku, aku tidak bisa menjamin bahwa aku tidak akan membunuhmu juga suatu saat nanti."
"Lakukanlah sekarang."
Ester menolehkan kepalanya. "Apa?"
"Jika kau ingin membunuhku, maka lakukanlah sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY MR.MAFIA
Romantizm[Warning: 21+ Area!] Ester Bell adalah gadis buta yang hidup sebatang kara di salah satu kota di Rusia. Pekerjaannya sehari-hari adalah menjual bunga yang dia dapat dari orang baik hati yang juga memberikan tempat tinggal kepadanya. Cita-cita Ester...