Drake menghajar satu-persatu anak buahnya yang dia tugaskan untuk menjaga markas De Vandal selama dia pergi. Semuanya, termasuk Alec. Dan para anak buahnya hanya bisa menunduk, takut serta malu karena sudah gagal mengemban tugas sepele dari sang Tuan.
"Bodoh! Apa yang kalian kerjakan selama aku tidak ada di sini, huh?!" Drake berseru sambil kembali menghajar salah satu anak buahnya.
"Maaf-"
"Maaf! Maaf! Maaf! Selalu kata maaf yang kalian andalkan!" sela Drake makin emosi. "Apa kata maaf bisa mengembalikan senjata-senjata yang hilang?! Apa kata maaf bisa mengembalikan satu hal penting dariku yang dibawa mereka?! Apa kata maaf bisa membawa kembali ibuku yang-"
"Tuan, tenanglah." Alec memotong sebelum Drake menyelesaikan kalimatnya. Pria itu sadar betul apa kesalahannya sehingga membuat Drake hampir lepas kendali seperti sekarang, tapi tak baik menunjukkan luka pada siapapun itu. Kita tak tahu kapan kawan akan menjadi lawan.
Drake menghela nafas, berusaha menenangkan diri. Pria itu menoleh ke belakang dan menatap tajam Alec yang wajahnya juga sudah babak belur karena amukannya. Sementara di samping pelayannya itu, ada Evgen yang senantiasa menunduk hormat.
"Jangan sampai De Vandal jatuh di tangan orang yang meninggikan namanya, Alec." desis Drake pada pelayannya itu. "Atau kau harus terpaksa menyiapkan peti matimu sendiri."
"Aku bersumpah akan menemukan lukisan itu secepatnya, Tuan." jawab Alec.
"Aku tidak butuh sumpahmu, Idiot! Aku butuh lukisan itu! Sekarang juga!"
"Tuan, bagaimana dengan senja-"
"Demi Tuhan, aku benar-benar tidak peduli dengan senjata-senjata sialan itu. Yang kubutuhkan hanyalah satu, lukisannya."
Selain Alec, anak buahnya yang lain pasti bingung dengan lukisan yang dimaksud Drake. Mereka tahu kalau tuan mereka adalah pelukis handal, tapi mereka tidak tahu kalau nilai sebuah lukisan bisa begitu berarti untuk manusia sekejam Drake.
"Baik, Tuan."
"Bereskan ruanganku." titah Drake. "Dan Evgen, antar aku ke club sekarang."
"Baik, Tuan." jawab Alec dan Evgen bersamaan.
♚♚♚
"Mengenai pertemuanku di Spanyol, aku ingin agar itu diundur."
Armand yang mendengar itu tersentak. "Ada apa, Tuan? Apakah ada masalah?"
"Markas diserang dan aku harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu di sini."
Armand menoleh pada Evgen dengan tatapan yang seolah bertanya 'apakah itu benar?' dan Evgen mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Baik, Tuan. Aku akan mengkonfirmasinya terlebih dahulu dengan Mr.Cetta."
Jika kalian tidak tahu, Mr.Cetta adalah arsitek yang akan bekerjasama dengan Drake nantinya.
Drake berdiri dari kursinya kemudian keluar diikuti oleh Evgen dan Armand di belakangnya. Ini masih siang dan seperti biasa klab tutup, hanya ada segelintir orang yang sedang bermain judi dan para wanita penghibur yang memang disediakan di sini.
Seorang wanita menolehkan kepalanya saat mencium aroma khas seseorang yang sangat dia kenal. Wanita itu tersenyum lebar dan meninggalkan pelanggan yang tadinya tengah dia gelayuti manja. Seseorang yang kini berjalan ke arah pintu keluar klab itu jelas lebih menarik dari pelanggan manapun.
"Privat, Mister Drake!"
Drake menghentikan langkahnya sembari menatap jengah pada wanita yang tengah menghadangnya saat ini. "Vivian, ada apa?"
Vivian mengedip-ngedipkan matanya genit, ciri khas kalau dia tengah merayu seseorang. "Kenapa kau kemari sepagi ini, Drake? Apakah kau ingin menemuiku? Kau merindukanku bukan setelah dua hari terakhir tidak muncul sama sekali di klab?"
Armand di belakang Drake hanya mampu menahan tawa, sementara Evgen diam tanpa ekspresi.
Drake semakin menatap tak suka pada Vivian. "Jangan bermimpi dan minggirlah dari jalanku."
Vivian merubah raut wajahnya menjadi sedih. "Kau sangat kejam, Drake. Tapi tidak masalah, itulah yang menjadi daya tarikmu."
Mungkin selama ini Drake terlalu berbaik hati kepada Vivian. Pria itu memang tidak pernah kasar kepada wanita di hadapannya, selain dengan kata-katanya yang tajam. Namun, jika Vivian terus bertingkah memuakkan seperti ini, lama-kelamaan Drake juga jengah.
Drake meraih tangan Vivian kemudian mendorong gadis itu ke atas salah satu meja judi dan mengapit tubuhnya. "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Nona Vivian?"
Vivian yang masih terkejut berusaha mengambil nafas kemudian tersenyum nakal. "Aku menginginkanmu, Tuan Drake. Sekali saja."
"Apakah tidak masalah kalau aku melakukannya di sini? Sekarang juga? Disaksikan oleh banyak orang?" tantang Drake.
"Ini tempatmu, Tuan, dan kau bisa melakukan apapun semaumu." bisik Vivian, kali ini sembari menggesekkan lututnya pada selangkangan Drake.
"Sebenarnya aku ingin, tapi kemudian aku baru ingat," Drake mengecup telinga Vivian kemudian berbisik di sana. "Aku tidak bercumbu dengan jalang bekas banyak orang, Vivian."
Vivian membelalakkan matanya kemudian mendorong Drake menjauh. "Sialan kau, Drake! Kalau bukan karena aku, tidak akan ada yang mengunjungi klab jelekmu ini!"
"Oh ya?" sahut Drake santai sembari merapikan jasnya. Tanpa menoleh lagi ke arah Vivian, pria itu hendak pergi dari sana.
"Dan lukisan itu! Aku tahu kau menginginkanku, karena itulah kau melukisku!"
Kali ini Drake berhenti sesuai kemauannya sendiri kemudian menoleh pada Vivian. "Lukisan?"
"Ya! Lukisan yang ada pada ruanganmu di markas!"
Tak perlu mendengar dua kali, Drake menghampiri Vivian dan langsung mencekik leher wanita itu. Semua orang yang ada di sana terkesiap, tapi tak ada yang berani menolong.
"Kau yang mengambil lukisan itu! Kau bukan!"
"T-ti-tidak!" jawab Vivian susah payah.
"Jawab dengan sejujurnya atau aku akan mematahkan lehermu sekarang juga?!"
"Bukan ak-ku!" Vivian masih berusaha melepaskan diri.
Sementara Evgen akhirnya buka suara. "Tuan, kata Alec Vivian memang ke markas sore harinya, tapi saat Alec memeriksa ruangan anda, barang-barang di sana masih lengkap."
Drake melepaskan cekikannya di leher Vivian kemudian mencengkeram dagu wanita itu. "Apa yang kau tahu soal lukisan itu?"
Vivian menggeleng. "Aku tidak tahu apapun selain yang ada dalam lukisan itu adalah aku."
Drake tiba-tiba tertawa. Tawa yang sumbang dan menyeramkan. "Kau bermimpi, Vivian! Bangunlah dan lihat baik-baik dengan matamu, lukisan itu bukan dan sama sekali tidak mirip denganmu!"
Drake tidak membiarkan Vivian untuk menjawab lagi karena selanjutnya pria itu sudah pergi dari sana dengan masih setia diikuti Evgen.
♚♚♚
Sementara di satu sudut kota Moskow yang lain, seseorang yang menjadi kunci dari semua masalah yang kini dialami Drake tengah mengepulkan asap dari cerutu yang dia hisap. Matanya yang sudah dikelilingi oleh garis-garis keriput menatap pada lukisan yang berhasil dia bawa kabur dari ruangan Drake.
"Drake, kau terlalu bertele-tele. Ketika mereka sudah satu langkah berada di depanmu, kau masih berjalan di tempat karena cinta sialan yang membelenggumu." ucap orang itu dengan nada prihatin.
"Sungguh Drake Russell Drian D'Angelo yang malang."
♚♚♚
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY MR.MAFIA
Romance[Warning: 21+ Area!] Ester Bell adalah gadis buta yang hidup sebatang kara di salah satu kota di Rusia. Pekerjaannya sehari-hari adalah menjual bunga yang dia dapat dari orang baik hati yang juga memberikan tempat tinggal kepadanya. Cita-cita Ester...