Ternyata begini rasanya dibodohi oleh cinta. Seperti Drake yang ingin menertawakan dirinya sendiri karena ia sudah seperti orang gila semenjak terakhir kali melihat wajah Ester tiga minggu yang lalu. Pekerjaannya sehari-hari hanyalah melamun dan melamun, mengabaikan setumpuk berkas di meja kerja yang dibawa Alec dari waktu ke waktu. Drake hanya menoleh saat Felipe datang untuk memberikan laporan tentang apa yang dilakukan Ester beberapa minggu terakhir ini. Ya, Drake menugaskan remaja yang ia bawa dari Spanyol tersebut untuk mengawasi wanitanya.
Drake tidak main-main saat ia bilang akan menghargai apapun keputusan yang Ester buat beberapa hari yang lalu. Jika memang wanitanya enggan untuk bersama, maka ia akan menjauh. Menjauh tanpa melepaskan. Tentu saja, karena Drake yakin Ester akan kembali padanya suatu saat nanti.
"Tuan."
Seperti biasa, Felipe datang saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Drake menolehkan kepalanya. Tanpa banyak bicara, Felipe tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Hari ini Nona Ester tidak melakukan terlalu banyak aktivitas, Tuan. Nona hanya pergi ke toko bunga sebentar kemudian kembali lagi ke rumahnya dengan membawa makanan. Setelah beberapa jam berdiam diri di dalam rumah, Nona keluar untuk menyiram bunga-bunga yang ada di tamannya. Namun, kemudian Nona terbatuk-batuk hebat dan kembali masuk ke dalam rumah. Tak lama setelah itu, Nyonya Velli datang dengan membawa beberapa kantong berisi bahan masakan, kemudian keluar setelah kurang lebih dua jam. Nona Ester mengantarkannya sampai ke depan pintu, setelah Nona masuk, saya tidak melihatnya keluar lagi hingga saya pergi."
"Apakah dia sakit?" tanya Drake pelan.
"Menurut saya juga begitu, Tuan, tapi saya tidak berani mengatakannya." jawab Felipe sembari menunduk.
Drake mengangguk. "Awasi kesehatannya untuk beberapa hari kedepan. Jika ada yang mencurigakan, kau tahu harus melakukan apa, bukan?"
"Da, Ser!" jawab Felipe lantang.
"Pergilah dan panggilkan Alec untukku."
Setelah mendengar perintah Tuannya, Felipe pergi dari sana. Selang beberapa waktu kemudian, datanglah Alec dengan seragam formal andalannya.
"Anda memanggil saya, Tuan?"
Tidak menjawab, Drake justru melemparkan sebuah pertanyaan lain pada pelayan pribadinya itu, "Bukankah ini aneh, Alec?"
"Maaf, Tuan, maksud anda?" Alec bertanya tidak mengerti arah pembicaraan Tuannya.
"Bukankah situasinya terlalu tenang?" ucap Drake sembari memutar kursinya menghadap tembok kaca, mengamati bulan yang tengah dikelilingi oleh ribuan bintang.
"Apakah anda memiliki firasat yang tidak beres, Tuan?"
"Tidak." Drake menjawab datar. "Hanya saja situasi ini sangat menenangkan bagiku, terlalu tenang sehingga aku berpikir bahwa akan ada badai besar yang menyambutku setelah ini."
"Apa yang anda katakan masuk akal, Tuan." sahut Alec. "Beberapa minggu terakhir ini, sangat jarang ada masalah besar yang terjadi, tidak seperti hari-hari sebelumnya."
"Kurasa orang-orang itu sudah mengetahui masalahnya." gumam Drake. "Aku kehilangan fokusku untuk beberapa hal, Alec, kuharap kau selalu tahu apa yang harus dilakukan saat situasi yang menenangkan ini tiba-tiba berubah menjadi mencekam."
Alec menunduk patuh walau Drake tidak bisa melihatnya. "Saya akan selalu melindungi anda, Tuan, tidak peduli walaupun nyawa saya yang dipertaruhkan."
Drake di balik kursinya tersenyum tipis mendengar itu. "Tentu saja, untuk itulah maka kau kubayar."
♚♚♚
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED BY MR.MAFIA
Romance[Warning: 21+ Area!] Ester Bell adalah gadis buta yang hidup sebatang kara di salah satu kota di Rusia. Pekerjaannya sehari-hari adalah menjual bunga yang dia dapat dari orang baik hati yang juga memberikan tempat tinggal kepadanya. Cita-cita Ester...