10. Fever

1.9K 156 6
                                    

Drake menatap wajah cantik Ester yang sedang terlelap. Setelah cukup lama menangis, gadis itu sepertinya kelelahan dan berakhir tertidur di dalam pelukan Drake. Terlebih lagi Ester sedang demam, karenanya gadis itu berubah menjadi lebih sensitif dan lemah seharian ini. Drake tersenyum tipis saat mengingat pengakuan Ester tadi. Walau tidak tahu harus berbuat apa kedepannya, Drake memutuskan untuk menikmatinya saja untuk saat ini.

Pria itu pelan-pelan membelai rambut Ester dengan tangannya. Saat itulah Drake teringat tentang siapa dia yang sebenarnya. Dirinya tidaklah sebaik yang Ester katakan selama ini. Gadis itu menganggapnya sebagai malaikat, tanpa tahu kalau Drake adalah iblis paling ditakuti di dunia hitam. Musuhnya ada dimana-mana dan banyak orang di dekatnya berubah haluan mengkhianati tuan mereka sendiri. Dunia tempat Drake dibesarkan dan tinggal saat ini, tidaklah sama dengan dunia Ester yang bagaikan selembar kertas kosong. Dunia gadis itu terlalu damai dan nyaris tidak tersentuh oleh satupun kekotoran dunia.

Drake tidak pernah membiarkan dirinya diandalkan oleh perasaan. Pria itu selalu menggunakan logikanya saat menghadapi hidup, karena dunia begitu keras dan kejam, siapa yang lemah dialah yang akan kalah kemudian mati. Namun, Ester juga merupakan  seseorang yang lemah di matanya. Dan dengan bodohnya Drake terhanyut dalam permainannya sendiri, berakhir nyaman dengan gadis yang sedang dia belai rambutnya saat ini.

Yang jadi pertanyaannya saat ini adalah, misal Ester tahu tentang jati diri Drake yang sebenarnya, apa dia masih akan menerimanya? Terlebih ada satu fakta yang baru Drake ketahui belakangan ini. Fakta yang benar-benar membuatnya tak habis pikir tentang apa sebenarnya tujuan Tuhan mempertemukan dirinya dengan Ester.

Ester membuka mata kemudian menyentuh keningnya yang terasa dibalut oleh sesuatu seperti kompres. Gadis itu mengernyit saat tahu benda apa yang ada di keningnya. "Drian, ini pasti ulahmu, kan?"

Drake yang tadinya tenggelam dalam pikirannya sendiri langsung mengerjap-ngerjapkan matanya dan menoleh pada Ester. "Apa?"

"Kompres ini kau yang membelinya?" tanya Ester.

"Tentu saja, siapa lagi kalau bukan aku." jawab Drake. Sebenarnya memang bukan dia yang membelinya, tapi anak buah yang sengaja Drake panggil kemari untuk membawakan kompres penurun panas untuk meredakan demam Ester.

Ester tertawa singkat kemudian berkata, "Ini kompres untuk anak-anak, Drian."

"Benarkah?" Drake membeo, tapi dalam hati dia bersumpah untuk membunuh anak buahnya yang membawakan kompres ini karena sudah mempermalukan Drake di depan Ester.

Ester mengangguk. "Tak apa, aku menghargai usahamu."

Drake hanya menggumam tak jelas.

"Omong-omong, apakah aku ada di kamar?"

"Ya."

"Kau yang membawaku kemari?" tanya Ester lagi.

"Hmm."

Ester memainkan jari-jarinya, pertanda kalau gadis itu sedang gugup sekarang. "Soal tadi, aku minta maaf. Aku harap hubungan kita tetap baik-baik saja, Drian."

Drake tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Ester. "Tidak masalah. Aku suka gadis pemberani."

"Dan jangan membuatku berharap lebih jauh padamu dengan selalu memuji seperti itu." ucap Ester sambil menundukkan kepalanya.

TRAPPED BY MR.MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang