Pagi itu di kediaman Mujiyono tampak ramai orang berlalu lalang. Pasalnya hari ini putri tunggalnya menginjak 18 tahun. Tepat pada tanggal 15 Juni. Setelah sepakat dengan sang istri Tristiana, akhirnya mereka menggelar acara sederhana dengan mengadakan pengajian dan dilanjutkan karaoke bersama. Tak luput keduanya juga mengundang kawan satu pekerjaan. Begitu juga dengan putri mereka Ardiyanti Trimuji. Dia mengundang teman satu kelasnya.
"Sayang, bangun. Ini sudah jam berapa. Jangan sampai kamu telat di awal semestermu nak" ucap Tristiana lembut membangunkan Ardiyanti.
"Ah, bunda biarkan aku tidur 3 menit lagi" Ardiyanti menarik selimutnya.
"Kamu bangun atau perlu Ayah seret ke halaman rumah dan memandikanmu disana!!" Bentak Mujiyono sambil membuka gorden dan jendela kamar sang putri.Mendengar ucapan sang ayah mata Ardiyanti yg awalnya tenang terpejam sontak terbuka lebar. Gadis itu memanglah sangat takut dengan sang Ayah karena ketegasannya.
"Baiklah, Ardiyan akan mandi dan langsung turun"
"Bagus, anak pintar. Ingat ini hari pertama semester pertama, di kelas XII mu nak"Ucap Tristiana dengan membuka almari dan menyiapkan seragam sang putri.
"Jangan terlalu dimanja Bun, Kalau begini terus. Bagaimana dia setelah menikah!" Mujiyono semakin meninggi suaranya.
"Apa? Menikah? Usiaku saja baru menginjak 18 tahun malam ini ayah" kali ini Ardiyanti memasang raut wajah kecewa. Bagaimana tidak sepertinya sang Ayah sangat menginginkan dirinya cepat pergi ikut sang suami.Dengan terburu buru Ardiyanti berlari dari parkiran sepeda motor menuju gerbang utama SMA kartini. Iya dirinya kembali terlambat di hari pertama semester pertama kelas XIInya. Satu langkah lagi dirinya bisa melewati besi hitam itu sayangnya dengan secepat Kilat dirinya sudah terkunci diluar.
"Sial!! Kalau begini terus bisa bisa Ayah serius untuk mencoret ku dari KK" Gerutunya dengan nafas berat.
"Wonten napa cah Ayu? Telat lagi ya?"
"Seperti kenal suara ini" Ucap Ardiyan sembari memutar tubuhnya.
"Kenapa? Hafal dengan suara seksi saya?" Tanya Hadi dengan mata sinis.
"Hehe,, pak Hadiwijoyo. Piss pak" Ardiyan menunjukan barisan gigi gingsulnya.
"ikut saya ke ruangan saya sekarang!!"Hari pertama masuk sekolah di SMA kartini banyak jam kosong karena penyesuaian jadwal. Berbeda dengan siswa siswi yang lain yang santai bercanda dan menikmati jajanan kantin. Ardiyanti justru harus menikmati hukuman dengan menghafalkan rumus matematika di ruangan Hadiwijoyo. Pasalnya selain seorang guru matematika Hadiwijoyo juga seorang Anggota kesiswaan.
Dilain tempat justru Tristiana sibuk membagikan undangan ultah sang putri. Tak lupa untuk sahabatnya Ambarwati.
"Bu, ini undangan ultah putri saya. Jangan lupa datang ya. Dan ajak Hadi. Rencana awal kita harus berhasil" Tristiana tersenyum bahagia.
"wah,, baik bu. Nanti saya ajak hadi dan suami saya."
Kedua wanita paruhbaya itu memang sejak awal sepakat menjodohkan kedua putra putri mereka. Setelah banyak mencari momen. Akhirnya momen inilah yang tepat.Maafkan Sang penulis yang baru belajar ya sist☺☺
Jangan lupa like, coment, dan bagikan🙏🙏
Ikuti terus sampai habis yak😘😘
![](https://img.wattpad.com/cover/213344381-288-k802283.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Matematic Imamku
Ficção AdolescentePernikahan semasa SMA memang jarang terjadi di sekitar kita. Bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi. Hal itu pula yang di fikirkan oleh Ardiyanti. Namun opini itu berubah ketika dirinya masuk ke kehidupan pernikahan dengan Guru SMAnya. Awas Hati...