Pernikahan (3)

412 7 0
                                    

   Rabu pagi di kediaman Mujiyono semakin ramai orang berlalu lalang. Selain banyak tukang dekorasi yang masih sibuk sejak kemarin hari Selasa. Ada beberapa ibu arisan yang juga sibuk memasak yang tak kunjung selesai mengingat semua menu makanan dan snack di buat sendiri tanpa pesan. Ditambah kehadiran keluarga Besar Mujiyono dan Tristiana.
"Nak, bangun sudah siang." Tristiana membangunkan putrinya dengan kecupan di pipinya.
"Iya bunda." Ardiyanti sedikit bermalas - malas'an di ranjangnya.

  Selesai Mandi Ardiyanti kaget melihat keponakannya Dwita yang sudah siap dengan alat tempurnya. Iya Dwita merupakan Putri dari Adik sang Bunda, Dia sekarang Kelas XI dan sekolah di SMK Kecantikan wajar dia sering diminta make up Kartini atau acara keluarga.
"Ngapain ta? Kok kamu bawa alat tempurmu segala?" tanya Ardiyan mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
"Hidih, Mbak gimana sih. Kan Bude minta mbak di make up buat lamaran sore ini." Jawab Dwita menyiapkan make upnya.
"Apa? Sekarang? Acarannya kan masih jam 14.00 dek?"
"Mbak ini kayaknya grogi mau nikah sampai lupa jam. Ini sudah jam 12.15 mbak." Dwita mulai menatap kesal Ardiyan.
"Astaghfirullah, berarti Bunda bangunin aku tadi jam 11.30 dong?" Terhitung dia mandi hanya setengah jam lebih.
"Iya sudah buruan make up dan jangan lupa ganti baju." Dwita menunjukan Gamis berwarna Abu² yang tergantung di pintu almarinya.

Lamaran

  Jam dinding menunjukan pukul 13.00 persiapan Hadi dan keluarga sudah selesai dan mereka mulai memasuki mobil masing². Hadi dan Bripka Hermanto kompak memakai batik putih dengan Motif bunga biru. Sedangkan Sang ibu Ambarwati mengenakan gamis berwarna merah polos di padukan kerudung hitam. Perjalanan rumah mereka dengan rumah Ardiyanti hanya sekitar 15 - 25 menit. Dengan wajah tegang Hadi mengemudi mobil Avanza Biru milik mereka pribadi. Tak terasa baru 15 menit perjalanan mereka sudah sampai karena jalan yang tak begitu ramai.
"Assalamualaikum Wr. Wb." Suara lantang Bripka Hermanto memanggil seluruh keluarga menuju teras dan menyambut kedatangan mereka.
"Waalaikumsalam Wr. Wb." Jawab Mujiyono dengan menyalami calon besannya itu.
Setelah di persilahkan masuk dengan berdebar - debar Hadi beserta kedua orang tuanya dan rombongan melangkahkan kaki kedalam rumah Mujiyono yang sudah di sulap bak Gedung Pernikahan. Setelah menikmati snack yang di sajikan akhirnya acara inti di mulai.
"Pak Mujiyono niat dan tujuan kami semua bertamu adalah untuk melamar Putri bapak yaitu nak Ardiyanti Trimuji." Ucap Bripka Hermanto dengan wajah sedikit tegang.
"Jujur saya sebagai orang tua sangat bahagia menerima lamaran ini. Tetapi kembali lagi keputusan di tangan putri kami." Mujiyono hanya menjawab sebagai syarat pasalnya dia sudah menduga bahwa putrinya pasti akan menerimanya.
"Dwita panggilkan mbak Ardiyan ya." perintah Tristiana dengan lembut.

  Dengan mengenakan Gamis abu - abu yang senada dengan yang di kenakan sang Bunda Ardiyan berjalan perlahan mendekati Acara yang berada di ruang tamu dengan tema lesehan itu. Setelah dia duduk di antara Mujiyono dan Tristiana. Akhirnya acara dilanjutkan.
"Nak Ardiyanti ini loh Mas Hadiwijoyo datang membawa rombongan untuk meminangmu." Ucap Bripka Hermanto sembari menyenggol lengan sang putra.
"Jadi begini Ardiyanti saya Hadiwijoyo ingin meminang dirimu sebagai istri saya satu - satunya. Apakah kamu bersedia?" Ucap Hadi dengan suara gemetar.
"Bismillah, InsyaAllah saya menerima pinangan Mas Hadi." Ardiyanti menjawab dengan menunduk malu.
Mendengar ucapan Ardiyanti sontak Bripka Hermanto bersalaman deng pak Mujiyono tak ketinggalan Bu Tristiana yang langsung memeluk Bu Ambarwati. Berbeda dengan kedua orang tua mereka Hadi dan Ardiyan justru terdiam membisu dan hanya saling lirik. Acara dilanjutkan dengan makan Malam saat makan Ardiyan yang sibuk membantu ibu² dan saudaranya untuk menghidangkan Makan malam Hadi justru menggodanya dengan terus memandangannya dengan senyum² dan memainkan Alisnya.

Akad Nikah

  Pukul 04.55 setelah sholat subuh Ardiyanti sudah siap di make up oleh MUA ternama di desanya. Setelah hampir 2 jam Make up Ardiyanti tampil cantik mengenakan kebaya bludru hitam dengan paes Solo Putri. Hari ini dia akan menjadi seorang istri. Tak pernah dia membayangkan menikah Muda apalagi masih menyandang setatus siswa SMA. Telebih suaminya adalah guru matematikanya.
Tak lama dia melamun, suara iring - iringan mobil memasuki halaman rumahnya. Itu adalah Hadi, dia yang juga mengenakan beskap yang senada dengan Ardiyan dan dihiasi keris dan kalungan melati menambah gagah dirinya. Terlebih saat Hadi duduk di meja Akad saat dia mengenakan Blangkon wajahnya nampak berseri.
"Saya nikahkan engkau Hadiwijoyo Hermanto Bin Hermanto dengan Putri kandung saya Ardiyanti Trimuji dengan Mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin emas 15 gram di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Ardiyati Trimuji Binti Mujiyono dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai." Dengan satu tarikan nafas Hadi resmi menjadi suami Ardiyanti.
"Saahhhh !! " Satu ruangan berteriak dan bersorak gembira.
Setelah sah Ardiyanti berjalan menuju meja Akad di temani sang Bunda dan ibu mertuanya. Setelah duduk di samping Hadi. Ardiyanti dan Hadi menandatangani surat pernikahan mereka setelah itu mereka bertukar cicin emas di jari manis sebelah kiri mereka. Selesai bertukar cincin Hadi mencium kening Ardiyan untuk pertama kalinya. Acara Akad itu dihadiri oleh Saudara terdekat saja. Mereka sepakat untuk tidak mengundang tamu siapa pun. Dan rencananya resepsi baru akan di gelar 6 bulan lagi setelah Ardiyan lulus dari SMA.

#Maafkan apabila banyak typo dan jika ceritanya jelek yak🙏😊

#Tinggalkan like, coment, dan jangan lupa bagikan yak gaes😘😘

Yuk simak sampai akhir cerita yak😍😋

Teacher Matematic ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang