Hari Jumat, Hari kedua HUT SMA kartini semakin ramai banyak pengunjung Bazar dan banyak yang menyaksikan lomba kedua hari itu yaitu Fashion Show.
Hadiwijoyo Hermanto
Pak Hadi pagi ini diminta Kepsek untuk mengabadikan moment Fashion Show dengan teropong digital miliknya.
"Pak Hadi mari kita ke tempat lomba, jamnya sudah terlewat 2 menit. Kita harus segera memulai lomba." Ajak Kepsek yaitu pak Sudjito.
"Baik pak, monggo." Jawab pak Hadi mengikuti langkah pak Sudjito di belakangnya.Ardiyanti Trimuji
Dilain sisi Ardiyan sangat sibuk di stand hari ini adalah jadwal jaga kelompok piketnya.
"Wah,, kayaknya bakal ada yang ndak fokus jualan nih." Sindir Azizah yang satu kelompok dengannya.
"Udah, ndak usah mulai." Ardiyan menjawab cuek dengan menyiapkan pesanan pelanggan.
Sontak satu stand tertawa menyaksikan Ardiyan yang mulai salting melihat Pak Hadi yang mondar mandir mencari moment yang pas untuk di potret. Sepengetahuan teman - teman Ardiyan dirinya hanya mengagumi pak Hadi dan Pak Hadi hanya suka jahil kepadanya. Mereka sama sekali belum menyadari hubungan antara keduanya.Suara gemuruh riuh mulai terdengar saat musik gamelan di nyalakan mengiringi langkah para Finalis. Tema lomba sendiri mengangkat Adat Jawa. Dan peraturanya mereka harus berdandan sendiri. Yang hanya diperbolehkan di bantu masing - masing walikelas. Tiba saatnya panggilan kelas Ardiyan yang mendapat urutan no 3 karena lomba dimulai dari kelas XII Ipa 1.
"Nana, tolong gantiin aku mau kesana dulu." Ardiyan menarik tangan Azizah untuk menemaninya menyaksikan lomba.
"Oke beres." jawab Nana.
Di stand kini hanya tersisa 3 orang yaitu Nana, Arum, dan Irawan.
Julio dan Febi berjalan serasi bak pasangan pengantin. Adegan paling menarik perhatian adalah saat Julio menunduk di depan Febi dan mencium tangan Febi. Dilanjutkan lagi dengan mencium Kening Febi.
"Wedyaann.. Di luar skenario ini." Teriak Azizah.
" Aku meleleh mas Jul." Sahut Ardiyanti.
"Mas, Aku dong!!" Teriak putri makin keras membuat semua meliriknya.
"Begitu aja baper? Pengen? Saya malah lebih bisa romantis." Suara Pak Hadi yang tiba - tiba muncul tepat di belakang Ardiyan membuat semua siswa di sana melirik mereka.
"Apaan to bapak ini. Ayo Zah kembali ke stand sudah ndak seru." Ardiyan berusaha menarik Azizah kembali ke stand tapi sayang posisinya di hadang Pak Hadi yang memiliki postur Tinggi dan kekar.
"Mau lari? Tanggung jawab dulu sama ucapannya." Ucap Pak Hadi dengan menarik tangan Ardiyan, dan menjadi tontonan siswa yang berada di sekitar Ardiyan.Mereka kini berada di lantai dua dekat perpustakaan SMA. Disana sangat sepi hanya ada beberapa siswa yang sedang berpacaran di lorong seberang Perpustakaan. Posisi perpustakaan yang berada di pertigaan lorong membuat mereka sedikit menyendiri. Siswa yang sedang berpacaran merasa canggung melihat pak Hadi yang terkenal Galak itu. Tetapi mereka menahan diri untuk turun karena penasaran dengan keduanya.
"Bapak ini apa - apaan. Kalau kita jadi bahan omongan bagaimana? Ingat, Ayah sudah berpesan jangan menonjolkan hubungan kita atau itu berbahaya untuk sekolah saya dan pekerjaan Bapak." Ardiyan memasang wajah tegas.
"Saya tidak perduli meskipun satu sekolah ini memusuhi kita bahkan jika saya harus kehilangan pekerjaan." Pak Hadi mulai berani memegang tangan Ardiyan.
"Bapak jangan kegabah, dan tolong jangan seperti ini pak. Saya hanya berusaha profesional pak."
"Cukup Ardiyan, sepertinya kamu tidak mecintai saya. Makannya kamu risih setiap saya mendekatimu." Pak Hadi melepaskan tangan Ardiyan.
"Bukan pak, saya sangat mencintai Bapak. Kalau saya tidak mencintai Bapak. Untuk apa saya Kemarin merasa sangat cemburu dengan kedekatan Bapak dan Vera." Ardiyan memegang lengan kekar pak Hadi.
"Apa benar kamu mencintai saya?" Mata Lelaki berusia 28 tahun itu menatap dalam Ardiyan.
Sontak saja Ardiyan Baper dan langsung memeluk Lelaki yang notabennya adalah gurunya.
Kedua siswa yang berpacaran tadi menatap terkejut keduanya yang berada sedikit jauh di seberang lorong mereka. Terlebih lelaki yang sedang berpacaran itu adalah kawan SMP Ardiyan yaitu Saputra.Keduanya turun kembali ke lokasi Acara. Disana keduanya mendapat tatapan aneh dari para Siswa. Berbeda dengan para Guru yang tersenyum dan tertawa seolah menggoda mereka.
"Darimana lo? Habis ngapain sama si Om?" Tanya Putri sahabatnya.
"Kepo. Anak kecil ga boleh tau. Hehehe." Ardiyan menjawab dengan tertawa.
Hal itu menbuat Putri dan Azizah saling pandang dan menatap horor Ardiyan.Maaf yak Gaes, ceritanya membosankan. Masih kepo? Lanjut sampai akhir yak🙏🙏
Awas🔞🔞 Dilarang Baper dan membuly penulis😁😁
Ga tertarik? Cabut aja😋😋 Tinggalkan jejak like, dan comentnya yak gaes😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Matematic Imamku
أدب المراهقينPernikahan semasa SMA memang jarang terjadi di sekitar kita. Bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi. Hal itu pula yang di fikirkan oleh Ardiyanti. Namun opini itu berubah ketika dirinya masuk ke kehidupan pernikahan dengan Guru SMAnya. Awas Hati...