Hari semakin Malam jam menunjukan pukul 22.50 Hadi dan Ardiyan beriringan masuk kedalam kamar Ardiyan. Kamar yang kini berubah dekorasinya. Yang awalnya banyak boneka dan pernak pernik menjadi bersih dan tampak elegan.
"Mau mandi dulu dek?" Tanya Hadi melepas beskapnya.
"Iya mas, Mas ganti bajunya di kamar mandi saja ya." Ardiyan masih sibuk menghapus make upnya dan melepas kondenya.
"memang kalau ganti disini kenapa? Kan kita sudah sah." Goda Hadi kepada istrinya.
"Aahh, jangan mulai deh mas." Ardiyan mencubit pinggang Hadi dan berlalu ke kamar mandi.
Selesai mandi Ardiyan langsung merebahkan dirinya di ranjang mungil miliknya. Tak lama setelah Hadi mandi Hadi menyusul sang istri yang sudah terlelap terlebih dahulu.
"Kalau bangun cerewet, nyebelin, dan ketawanya itu loh. Tapi kalau tidur begini terlihat imut ya kamu." Gumam Hadi sembari mengusap rambut sang istri.
Malam ini kewajiban Hadi sebagai suami harus di tunda sampai resepsi nanti. Ia ingat bahwa setatus sang istri masih Siswa SMA.Jum'at pagi mentari terbit dengan indah menembus jendela kamar Ardiyan. Hadi yang sudah bangun membuka jendela kamar yang membuat istrinya terbangun.
"Selamat Pagi Nyonya Hadiwijoyo." Sapa Hadi dengan senyum manis.
"Hehe.. Pagi Pak." Tak sadar Ardiyan mengucapkan itu dengan mengucek matanya yang masih mengantuk.
"Pak? Kamu pikir saya Bapakmu?"Hadi nampak sedikit kecewa dengan Ardiyan.
"Hehehe. Iya mas, maafin adek yak." Ardiyan merangkul pundak Hadi dan bersandar di pundaknya.
"Iya iya sayang. Udah sana mandi ini sudah jam berapa nanti kita terlambat kesekolah."Selesai bersiap Hadi dan Ardiyan segera ke ruang makan untuk sarapan. Tristiana yang lelah tidak menyiapkan sarapan nasi hanya roti tawar dan segelas kopi dan susu.
"Wah, pengantin baru terlambat turun apakah lelah dengan pertandingan semalam? Hehehe." Goda Mujiyono kepasangan baru itu.
"Apa sih maksut ayah. Lagian Kita cuma terlambat bangun karena lelah dengan acara kemarin." Ardiyan menyiapkan roti untuk sang Suami.
"Iya yah, kita cuma lelah sampau tadi tidak dengar suara adzan subuh." Tambah Hadi menenangkan sang Mertua yang terus tersenyum menggodanya.
"Sudah - Sudah ayo sarapan, nanti kita sama - sama terlambat." Tristiana yang sibuk dan tampak terburu - buru.
"Bunda bawa motor sendiri ya. Ayah buru - buru ada rapat dengan kepsek."
"Terus Ardiyan naik apa? Kalau motor dua - duanya di bawa?" Ardiyan tak menyadari ada Hadi yang sudah menjadi suaminya.
"Hilang ingatan ya nak? Sampingmu kan ojek 24 jam mu." Mujiyono menjawab dengan nada kesal.
"Hehehe. Oh iya. Ya sudah ayo Pak kita berangkat."Selama perjalanan Hadi diam karena Ardiyan yang sedari tadi tak menyadari perubahan hubungan mereka.
"Kamu kenapa pak?" Tanya Ardiyan bingung.
Hadi menghentikan motor maestronya.
"Kok berhenti ini sudah jam 06.35 nanti gerbang tertutup mati kita." Ardiyan tampak kesal.
"Kamu belum sadar juga? Kenapa saya diam?" Hadi memandang sinis sang istri.
"Emm (Ardiyan berpikir keras mengingat kesalahannya ),, Oalah, maaf ya mas. Dari tadi pagi aku manggil mas dengan sebutan Bapak. Dan maaf juga tadi aku lupa kalau berangkat bareng kamu." Ardiyan memegang tangan Hadi.
"Kamu sendiri dulu bilang, kamu akan memanggil saya mas setelah kita menikah." Hadi memasang wajah kesal.
"Iya mas, maafin aku. Aku hanya belom terbiasa. Ayolah jangan marah." Ardiyan menatap sendu sang suami dan terus memegang tangannya.
"Baiklah, ayo kita berangkat." Hadi mulai tersenyum dan mengusap rambut istrinya.Sesampainya di sekolah beberapa murid yang terburu - buru memperhatikan keduanya yang berangkat bersama. Pandangan itu pula tak lulut dari bapak ibuk dewan guru yang lain.
"Wah, yang habis berangkat bareng si Om. Kamu kasih pelet ya. Bisa nempel gitu sekarang?." ledek Putri saat Ardiyan memasuki kelasnya.
"Gak sengaja ketemu dijalan terus di tawari bareng." Ardiyan menghela nafas berat dan duduk di kursinya.
"Gak sengaja? Bukannya kalian lawan arah ya?" Azizah kebingungan dengan alasan Ardiyan.
"Mati aku, kenapa juga salah alasan" Ardiyan bergumam namun terdengar oleh Febi.
Hehehe. Udah jujur aja kalau kalian sengaja berangkat barengan" Goda Febi.
"Udah deh, ga usah mulai." Ardiyan semakin salting.Belum sampai selesai perdebatan mereka bu Afifah memasuki kelas XII Ipa 3 itu. Dia mengumumkan untuk melakukan kebersihan kelas dan setelah itu akan dibagikan kartu UAS. Setelah semua murid melakukan kebersihan tibalah saatnya pembagian kartu. Dikarenakan bu Afifah harus pergi takziah maka diminta perwakilan kelas untuk mengambil kartu. Avriza sebagai ketua kelas yang hendak mengambil kartu. Ditahan oleh teman²nya mereka sengaja mengerjai Ardiyan agar dia yang mengambilnya. Setelah melewati perdebatan akhirnya Ardiyan di temani Febi menuju kantor guru.
"Permisi, Bu Afifah saya mau mengambil kartu UAS." Ucap Ardiyan sembari mengawasi meja sang suami yang kosong tak ada dirinya.
"Oh iya, ini Ardiyan. Kok kamu yang ambil? Avriza mana?" Tanya bu Afifah.
"Sengaja kali buk, biar jumpa pujaan hati." Goda pak santoso guru bahasa indonesia.
Ardiyan hanya tersenyum malu. Saat hendak keluar ruangan dia berpapasan deng Hadi suaminya. Hadi sengaja menggoda sang istri dengan menghadangnya dan tersenyum menggoda. Sontak hal itu membuat satu kantor guru tertawa. Ardiyan yang malu langsung lari keluar tanpa menghiraukan Febi yang menunggunya di depan kantor.#Like, Coment, dan bagikan ya🙏🙏
#Awas adegan🔞🔞 Dilarang baper yak😋😋
#Maaf bila ceritanya ga menarik mimin baru belajar nulis😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher Matematic Imamku
Novela JuvenilPernikahan semasa SMA memang jarang terjadi di sekitar kita. Bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi. Hal itu pula yang di fikirkan oleh Ardiyanti. Namun opini itu berubah ketika dirinya masuk ke kehidupan pernikahan dengan Guru SMAnya. Awas Hati...