Dia Suamiku

403 6 0
                                    

   Setelah siap Hadi dan Ardiyan segera menuju ruang makan. Hari ini mereka telat bangun. Sampai - sampai rumah kondisi kosong karena Mujiyono dan Tristiana sudah berangkat.
"Astaghfirullah, kita terlambat sekali ini mas." Ardiyan sangat panik.
Benar saja mereka sampai di sekolah pukul 07.30 Gerbang utama sudah terkunci. Begitu pula dengan gerbang belakang kantor guru. Tak lama kemudian muncul pak kepsek.
"Pagi pak Hadi." Nada pak Sudjito sedikit keras.
"Pagi pak Sudjito. Maaf kami terlambat." Pak Hadi menyalami pak kepsek itu.
"Kalian ikut ke ruangan saya sekarang." Pak kepsek melangkah menuju kantor kepala sekolah diikuti mereka berdua.
Setelah duduk di hadapan pak kepsek, muncul Ayah Ardiyan pak Mujiyono.
"Baiklah, kalian sudah terkumpul semua. Saya mulai saja, sebenarnya saya heran kenapa kalian berdua akhir - akhir ini bertingkah aneh. Dan sering terlihat bersama. Kalian sudah melebihi hubungan guru dan siswa." Tegas pak Kepsek.
"Maafkan kami pak atas kejadian akhir - akhir ini, terlebih banyak gosip sana sini yang beredar tentang kami." Jawab Hadi dengan wajah sayu.
"Dan pak Mujiyono sebagai seorang Wakil kepsek dan Ayah dari Ardiyan. Apakah bapak tidak menasihati putri bapak? Dan kenapa akhir - akhir ini pak Mujiyono sedikit tertutup dengan saya?" Pak kepsek memandang serius bawahan sekaligus sahabat dekatnya itu.
"Maafkan saya pak, saya yang salah. Ini sepenuhnya tanggung jawab saya bukan mereka. Sebenarnya mereka ini sudah menikah karena perjodohan. Mungkin karena terbawa perasaan mereka belum bisa profisional." jawaban Mujiyono membuat kepsek bingung.
"Apa? Kapan? Kok kamu ga pernah cerita. Kita bukan hanya atasan bawahan Muji, kita juga sahabat." Pak kespek menghela nafas.
"Kita bertunangan awal semester ini pak, dan untuk pernikahan baru terjadi 2 hari yang lalu pak." Jawab Hadi dengan wajah serius.
"Kalau bapak ingin mengeluarkan kami. Kami siap pak. Lagi pula Dia Suami saya." Ardiyan menjawab mantap dengan memegang tangan Hadi.
Menyaksikan itu pak kepsek tersenyum dan memahami kondisi mereka. Wajar mereka belum bisa membedakan mana urusan pribadi dan tanggung jawab. Mereka memang sedang dilanda cinta. Terlebih Hadiwijoyo yang selama ini terkenal dingin ke semua perempuan.
"Baiklah, saya akan saya maafkan. Saya juga pernah muda. Tapi pesan saya jaga tingkah laku. Jangan sampai ini bocor. Ini rahasia kita,, saya takut banyak dewan guru atau wali murid yang protes. Pasalnya siswa di sekolah ini dilarang menikah." Setelah mendengar ucapan pak kepsek mereka bertiga keluar dari ruangan dengan lega.
Mujiyono masuk ke ruangannya yang berada di seberang ruangan pak kepsek. Hadi masuk keruang guru dan Ardiyan kembali kekelas. Kebetulan jam itu yang mengajar adalah bu Sajid.
"Assalamualaikum, maaf saya terlambat buk. Tadi habis menghadap pak kepsek." Ardiyan menemui bu Sajid yang berdiri di depan papan tulis.
"Baik Ardiyan, silahkan kamu duduk."
Ardiyan duduk dengan tenang dan mengikuti pelajaran. Febi teman sebangkunya heran karena sahabatnya yang cerewet, humoris, dan bandel itu kini berubah 180 derajat. Sekarang Ardiyan pendiam, wajahnya yang sayu, dan dia lebih fokus belajar.
Jam istirahat berbunyi "Kkkrrriiinggg"
"Kalian gak jajan?" Tanya Putri ke Febi dan Ardiyan.
"gak tadi udah nitip Azizah sama Arum." Jawab Febi.
"Kalau aku lagi males makan nih." Jawab Ardiyan.
"Ya sudah aku ke kantin sama Dewa dulu yak." Putri melenggang pergi bersama Dewa teman satu bangkunya.
"Kamu kenapa sih say? Kalau ada masalah cerita. Kita sudah seperti saudara. Dan kenapa kamu berubah? Bahkan sekarang kalau aku mau menginap kamu melarangnya.." Febi bertanya dengan wajah berkaca - kaca.
"Aku bingung mau cerita Feb, tapi kalau tidak cerita rasanya berat deh." Ardiyan mengehela nafasnya
"Cerita aja mumpung sepi." memang tinggal mereka berdua di dalam kelas.
"Aku sebenarnya sudah dijodohkan pada awal semster dan 2 hari yang lalu aku sudah menikah."
"Apa? Dengan siapa? Kamu serius? Kok bisa kamu sembunyikan semuanya Ar?" Febi terkejut bahkan hingga geleng - geleng kepala.
"Iya, Serius. Suamiku adalah Guru matematika kita." Ardiyan hanya bisa menunduk dia tidak berani memandang wajah sahabatnya itu.
"apa? Pak Hadiwijoyo? Kok bisa?" Febi semakin terkejut.
" iya. Dia putra teman guru SMP tempat Bunda mengajar. Selain itu Ayahnya yang merupakan polisi membuat keluargaku sangat menyetujui perjodohan ini." Ardiyan mulai berani menatap wajah sahabatnya dengan wajah Berkaca - kaca.
" Hehehe. Pantas saja kalian semakin romantis. Sudahlah Ardiyan aku tidak marah kok. Aku paham kondisimu yang tertekan." Febi merangkul sahabatnya itu.
"Wah².. Melow amat sih gaes. Ada apa to? " Tanya putri dan Azizah yang kepo.
"Kok kalian barengan? Bukanya tadi ke kantin sendiri - sendiri ya?" Tanya Ardiyan.
"Iya Ar, pasangan kita pada kabur sendiri - sendiri. Hehehe." Jawab Azizah dengan tertawa.

 
Saat sedang menikmati jajanan. Putri terkejut melihat kedua cincin di tangan Ardiyan. Selama ini memang tidak ada yang menyadari cincin yang melingkar di jari kanan dan kirinya.
"loh.. Loh.. Loh. Kok cincinmu baru Ar. Sekali dua lagi?" tanya Putri menatap horor Ardiyan.
"Cincin dari Ayah." Ardiyan menjawab dengan cuek.
"Tunggu dulu itu cincin yang sama aku lihat di jari pak Hadi saat dia menyuapimu di UKS kemarin." Azizah menatap horor Ardiyan juga.
Mendapati kedua sahabatnya yang kepo dan curiga. Akhirnya Ardiyan jujur dan menceritakan semuanya. Awalnya keduanya terkejut namun akhirnya mereka berjanji akan menutup rapat² rahasia itu. Dan mereka akan mendukung hubungan Ardiyan dan pak Hadi.

#Maaf banyak Typo, maaf juga ceritanya gak seru yak🙏☺

#Tinggalkan jejak yak gaes. Like, coment, dan bagikan😘😘

Teacher Matematic ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang