Hamil

433 6 0
                                    

   Sudah hampir 3 bulan Ardiyan menganggur dirumah semenjak ia diwisuda. Ardiyan pun berniat melamar pekerjaan, dan kebetulan di Perusahaan Listrik tempat Kakak sepupunya bekerja ada lowongan IT. Ardiyan memutuskan untuk bekerja disana. Setelah lolos interview dan tes Ardiyan memutuskan untuk menyusul sang suami di SMA untuk memberikan kabar bahagia itu. Kebetulan juga di SMA sedang ada acara HUT SMA.
"Assalamualaikum Buk." Ardiyan mencium tangan Bu Afifah.
"Waalaikumsalam, Loh Ardiyanti ya?"
"Iya buk, anak kelas XII ibuk dulu." 
"Oh iya Ar, ayo masuk." Langkah Afifah diikuti langkah Ardiyan.
"Oh iya buk, Mas Hadi dimana ya? Eh, maksut saya pak Hadi."
"Itu ada di Stand kelas XII Ipa 4." Jawab Bu Afifah tersenyum.
Ardiyanti melangkah kan kaki melihat stand Bazar. Hingga iya sampai di stand no 21 milik XII Ipa 4. Ardiyanti sedikit kesal melihat Hadi merayu siswi itu yang tak lain dia kenal siswi itu bernama Anita.
"Ehem, Seru amat ketawanya." Ardiyan berdiri di belakang Hadi.
"Hehe. Jangan gitu ah. Orang biasa kan aku gangguin muridku."
Sontak siswa yang ada di stand menahan tawa melihat kelakuan keduanya. Ardiyan yang baru berusia 21 tahun itu memang masih memiliki sifat ke kanak - kanak'an.

  Ardiyanti melenggang pergi dan duduk di kursi depan kantor guru. Hadi segera menyusul sang istri yang manyun.
"Kamu kenapa sih kok lebih sensitif?" Hadi duduk di samping Ardiyan.
"Kamu aja yang genit mulu." Ardiyan buang muka.
"Hehehe.. Iya udh aku minta maaf. Kamu mau makan apa?" Hadi merangkul pundak Ardiyan.
"Mau wedang ronde sama roti bakar kacang." kata Ardiyan dengan manja.
Hadi segera menuju stand yang menjual ronde dan roti bakar. Tak lama kemudian ada dua siswi yang mengantar pesanan Ardiyan.
"Silahkan pak." Ucap siswi yang bernama Vio itu.
"Makasih ya, ini uangnya ambil saja kembalianya."
Kedua siswi itu menunduk pergi.
"Halah, sok manis amat sih." Ardiyan mengomel dengan mulut memakan roti .
"Udah jangan marah terus. Habisin itu."
"Nih wedang rondenya minum." Ardiyan mengulurkan mangkung mini itu.
"Loh kamu kan tau aku gak suka Ronde." Hadi menolaknya dengan wajah kesal.
"Mau minum atau aku ngambek dan pulang."

  Hadi akhirnya terpaksa meminumnya. Setelah Ardiyan menikmati roti bakar ia bercerita kepada suaminya bahwa mulai besok dia bekerja di perusahaan listrik tempat kakak sepupunya bekerja. Dia ditempatkan bagian staff IT, Hadi ikut bahagia dengan kabar itu. Ardiyanti memutuskan pulang dulu karena merasa tubuhnya panas dingin, mual, pusing, dan lemas. Setelah Ardiyan pulang Hadi mengeluhkan perilaku istrinya yang seperti anak kecil kepada sahabatnya pak Adimas.
"Aku bingung pak, Istriku hari ini beda banget. Cemburuan, pemarah, dan cuek." Hadi meminum kopi bersama pak Adimas di stand no. 1.
"Apa istrimu mengandung biasanya orang hamil lebih sensitif." Jawab pak Adimas.
Hadi tersenyum bahagia seolah tak sabar menimang momongan. Mengingat usianya yang sudah kepala tiga itu.

  Sesampainya di rumah Hadi mendapati sang istri sudah tidur terlelap. Namun saat Hadi menyentuh keningnya badan Ardiyan panas tinggi. Dengan sigap Hadi beserta kedua orang tua Ardiyan menbawanya ke RS.
"Dok, bagaimana istri saya." Hadi tampak cemas.
"Selamat ya pak. Istri bapak positif hamil 2 bulan." Ucap dokter tersenyum.
"Allhamdulilah." Sontak mereka bertiga kompak berteriak bahagia.
Kabar kehamilan pun di beritahukan kepada orangtua Hadi yang sudah resmi pindah ke luar pulau karena sang Ayah yang dinas disana. Sesampainya dirumah Hadi sangat memanjakan Ardiyan.
"Jangan banyak gerak, kerjanya jangan capek - capek." Nasihat Hadi sembari membantu Ardiyan berbaring.
"Hehehe, calon Ayah yang perhatian banget deh." Ardiyan mengusap pipi suaminya.
Malam berganti pagi, hari itu hari pertama Ardiyan bekerja. Selama bekerja Ardiyan cukup nyaman. Bahkan calon anaknya tidak rewel, namun berbeda saat bertemu sang Ayah calon bayinya itu sangat manja. Sore itu Hadi pulang membawakan buah pesanan Ardiyan.
"Sayang ini buahnya. Mas mandi dulu ya." Hadi meletakan buah itu di atas meja keluarga. Ardiyan yang tidur disofa sembari menonton tv menahan tangan Hadi.
"Ndak, mas jangan mandi dulu. Sekarang suapin Adek makan apel."
"Dek, badan mas legket. Bau keringat loh."
"Biarin, mau nih anaknya ngiler." Mendengar ancaman Ardiyan Hadi hanya bisa menurutinya.
"Iya, ini mas suapin. Makan yang banyak ya. Biar dede bayi juga kenyang." Ardiyan melahap buah Apel itu sembari bersender pundak suaminya.

Maaf jika ceritanya jelek ya gaes🙏🙏

Yuk, bantuin mimin like dan comentnya siapa tau pahala😋😋😍😍

Teacher Matematic ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang