17

411 68 2
                                    

Langkahnya pelan menghampiri orang yang sangat dia cintai, tengah berdiri bertumpu pada balkon kamarnya. Kulit pucat lengannya terlihat, tersapu angin sore yang terasa sedikit dingin.

Baru saja hujan.

Bahkan kaki telanjangnya tak peduli akan lantai yang sedikit basah. Terlalu fokus hingga tak menyadari bahwa orang yang begitu peduli dan juga khawatir mendekat tepat di belakangnya. Sebenarnya, hatinya terasa begitu sakit. Tapi cintanya jauh lebih besar untuk sekedar menepis sedikit rasa sakitnya.

Tak ada respon apapun, kedua lengan kecilnya melingkari pinggang dan menautkannya di perut rata yang begitu ia banggakan. Menempelkan pipinya yang sudah sedikit basah karena air mata di punggung kekarnya.

"Yina....." gumamnya, saat mengetahui bahwa istrinya lah yang memeluknya. Bukan kekasih manisnya, Hyunjin.

"Chan...apa tidak ada yang ingin kamu sampaikan padaku ?,"

Jessica kini berusia 2 minggu. Dan Bangchan masih sama sekali belum menemui Hyunjin. Hanya menelfon dan saling bertukar pesan. Sesekali, dan tidak terasa seperti dulu.

Entah.

Bangchan yang berbeda ataukah Hyunjin yang mulai belajar melepaskan.

"Usapan lembut dia berikan di tangan sang istri. Beberapa detik kemudian dirinya berbalik. Sebelah tangannya menangkup pipi merona yang begitu lembut disentuhnya. Sebelah tangannya lagi merengkuh pinggang yang tetap ramping pasca melahirkan anak pertamanya.

"Iya. Aku mencintaimu, selalu dan sangat mencintaimu,"

"Aku tahu kamu mencintaiku, Chan. Aku tidak pernah meragukan itu,"

"Lalu apa yang mengganggu pikiranmu, hmm ?"

Bangchan semakin dibuat bingung dengan istrinya. Bukannya menjawab, istrinya justru menangis sesenggukkan. Bangchan pun menarik istrinya ke dekapannya. Mengelus belakang kepala istrinya agar merasa tenang.

"Hyunjin...siapa dia Chan ?"

Pertanyaan yang berhasil membuat Chan membeku. Elusan di kepala Yina pun terhenti. Jantungnya berdegup kencang. tubuhnya terasa kaku.

Darimana istrinya tahu ?

"Apa kamu mengkhianatiku Chan ?"

Wajah istrinya berderai air mata, tepat di pandangannya sekarang. Namun, bibir Yina masih melukiskan senyum lembut yang semakin membuat Chan merasa begitu bersalah.

"Yina...maaf....maafkan aku,"

DI ANTARA -CHANJIN- ☑️Where stories live. Discover now