22

453 70 2
                                    


Bangchan memutuskan untuk pulang ke rumah esok paginya. Sepi. Tidak ada suara sang istri dan juga tangis bayi. Hanya lalu lalang para maid nya yang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk tuannya yang baru saja datang.

"Sarapan akan siap 15 menit lagi Tuan,"

"Tidak perlu. Saya sudah kenyang," ucap Bangchan dengan senyum tipisnya. Beranjak pergi ke kamarnya.

Tapi yang ia dapati di kamarnya, kosong. Rapi. Tidak ada Yina dan juga Jessica. Pikirannya semakin tidak enak. Langkahnya ia tujukan pada lemari pakaian yang sedikit terbuka. Tangannya membuka pintu lemari dengan tergesa.

"Tidak. Tidak mungkin," kembali ditutup pintu lemari yang sebagian isinya sudah tidak ada. Ia panik. Tanpa sengaja pandangannya menemukan selembar kertas warna biru, warna favorit istrinya. Tergeletak di nakas, dengan pena warna serupa diatasnya.



Chan...maaf.

Saat kamu membaca surat ini, aku sudah pergi dengan Jessica.

Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri, menikmati kebahagiaan dengan Jessica, dan mencoba menerima semuanya.


Air mata Bangchan menetes, membasahi kertas yang dipegangnya.


Aku ingin mempertahankan semuanya Chan. Sangat ingin.

Tapi untuk apa mempertahankan semuanya, jika salah satu dari kita ternyata hatinya tidak sama ?

Aku tidak ingin menyakitimu, menyakiti Hyunjin, dan aku juga tidak ingin semakin menyakiti diriku sendiri.

Aku hanya pergi sementara sampai aku bisa menemukan jawaban untuk kebimbanganku.

Jangan mencariku dan juga Jessica, aku tidak apa.

Kami pasti pulang.

Kamu mantapkan saja hatimu untuk mencintai Hyunjin.

Aku sungguh kasihan dan tidak tega melihat anak muda cantik dan polos itu jika harus menderita karena sakit hati akibat ulahmu Chan.

Dari istrimu yang sungguh mencintaimu dengan tulus, Yina...dan bayi kecil kita yang cantik..Jessica.



Diremasnya kertas itu. Ia tak bisa menahan tangisnya. Air matanya berderai. Badannya lunglai, terduduk di lantai dingin kamarnya.

"Kenapa jadi seperti ini ? Hiks....Yina....maafkan aku,"

"Aku...aku menyayangimu Yina...aku belum bisa melepaskanmu,"

"Tapi aku juga sangat mencintai Hyunjin. Sangat mencintainya....."

Bangchan mengusap air matanya. Ia berdiri dan mengambil lagi kunci mobilnya.

"Maafkan aku..."

Setidaknya untuk saat ini, Bangchan tahu apa yang akan dia lakukan. Entah, hal buruk apa yang akan menjadi resiko nantinya. Keputusan yang diambil karena emosi dan terburu-buru, banyak yang tidak berakhir baik bukan ?

DI ANTARA -CHANJIN- ☑️Where stories live. Discover now