18

404 72 0
                                    

Cerah. Sangat cerah. Cahaya mentari pagi begitu hangat. Langitpun biru tanpa setitik mendung. Hanya sedikit awan putih yang terlihat seperti asap tipis. Nampak dari jendela samping meja makan yang selalu rapi dengan taplak meja warna softblue.

Hyunjin yang begitu menikmatinya, dengan secangkir susu coklat dan roti panggangnya untuk menu sarapan. Bibirnya tersenyum tipis mengingat biasanya Bangchan akan mengajaknya jalan-jalan. Terlebih hari ini adalah hari liburnya.

Kemarin lusa, terakhir kali kekasihnya menghubunginya. Itupun hanya pesan pendek yang berisi kata maaf dan terima kasih. Entah apa maksudnya, Hyunjin juga tidak ingin menanyakannya. Dalam hati, dirinya sudah siap jika hubungannya akan berakhir kapan saja.

Karena Hyunjin tahu, dirinya lah yang berada pada posisi yang salah. Orang ketiga dalam hubungan rumah tangga kekasihnya. Meskipun tak bisa dipungkiri, jika Hyunjin teramat sangat mencintai Bangchan.

"Bahkan aku rela menjadi yang kedua untukmu Chris..." Hyunjin terkekeh pelan. "Bisa-bisanya aku sebodoh ini,"

Ya. Hyunjin sedang dalam fase bodohnya karena dibutakan dengan yang namanya cinta. Mungkin pada awalnya dia tidak ingin memikirkan akhirnya. Hanya bersikap santai dan menjalani semuanya dengan bahagia.

Tapi Hyunjin baru menyadari, bahwa perasaan bukanlah hal yang bisa dipermainkan dengan santai. Selama kamu menanamkan cinta, maka itu akan terus tumbuh dan berbunga. Dan Hyunjin tidak tahu caranya berhenti. Terjebak dalam perasaan cinta yang terlanjur mengakar kuat hingga jauh ke lubuk hatinya.

"Padahal...jelas-jelas ada kak Minho yang menyatakan cintanya secara tulus untukku. Tapi aku selalu saja menolaknya,"

"Bahkan dia tidak menyerah sama sekali, masih tetap menunjukkan perhatiannya padaku. Apa lebih baik aku belajar mencintai kak Minho saja ?"

"Tapi...bukankah itu adalah hal jahat ? Terkesan membuatnya sebagai pelampiasan dan pelarianku saja,"

Monolog Hyunjin terhenti ketika dia mendengar ketukan pintu. Kaki kecilnya beranjak pelan membukakan pintu. Dia tidak berharap jika itu adalah kekasihnya.

Pintu terbuka. Nampaklah sosok cantik dan anggun tengah tersenyum padanya. Bahkan Hyunjin saja terpesona dan begitu kagum pada sosok di depannya.

"Kak Yina...."

"Maaf mengunjungimu pagi-pagi. Bolehkah aku masuk ?" tanyanya dengan begitu lembut.

"A-ah..i-iya. Silakan kak,"

Tangan Yina mengelus lembut lengan Hyunjin, "Jangan canggung denganku. Aku datang ke sini untuk mengenalmu lebih jauh," ucapnya masih dengan intonasi yang begitu lembut. Bahkan suaranya terdengar begitu merdu.

Dan Hyunjin yang begitu terkejut, hingga rasa pening di kepalanya datang tiba-tiba.

DI ANTARA -CHANJIN- ☑️Where stories live. Discover now