28

437 66 5
                                    

Ketiga insan yang sempat terlibat dalam perkara hati dan cinta kini telah menentukan jalan hidupnya. Kembali dan meninggalkan, adalah pilihan yang setiap manusia pernah alami. Begitu juga Yina, Bangchan, dan juga Hyunjin.

Sudah jadi rumus kehidupan bukan, jika kamu kembali maka ada hal yang harus kamu tinggalkan. Begitu juga sebaliknya. Lucunya, ketika kamu memutuskan salah satu diantaranya, tidak semua hasil yang kamu dapat akan selalu sesuai keinginanmu.

Senyum pahit terlukis. Menertawakan nasib dan keputusan yang ia ambil. Ia tidak menyalahkan siapapun. Karena semua yang terjadi adalah akibat dari ulahnya, dan resiko dari pilihannya. Tahu kan, jika terkadang apa yang kita pilih tidak selalu benar dan berakhir pahit ?


“Anak Papa cantik sekali, sih…” Bangchan mencium gemas pipi gembil Jessica yang kini telah berusia 3 tahun. “Kamu benar-benar merawatnya dengan baik, Yina,”

Yina tersenyum, “Memangnya mau melakukan apa, Chan. Semenjak perpisahan kita waktu itu, aku bertekad bahwa fokusku hanya untuk Jessica. Jessica lah prioritas utamaku,”

“Maafkan aku,”

“Untuk apa ? Apakah kamu tidak bosan terus meminta maaf padaku ?”

“Aku bodoh. Aku ceroboh. Aku tidak bisa menemanimu mengurus Jessica setiap waktu,”

“Sudahlah. Jangan bicarakan lagi masa lalumu. Aku kan membebaskanmu bertemu dengan Jessica kapan pun,” Yina menepuk lembut bahu mantan suaminya ini.

Tatapan lembut dari manik Bangchan yang berkaca-kaca, “Terima kasih, kamu selalu baik. Tidak pernah berubah,”

“Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak mau kamu jatuh cinta lagi padaku. Standarku sekarang jauh lebih tinggi. Kamu bukan tipeku lagi,” goda Yina.

Bangchan tertawa mendengar kalimat percaya diri dari Yina, “Baiklah baiklah. Mantan Nyonya Bangchan, saya mohon undur diri. Ada beberapa urusan yang harus saya selesaikan,”

“Yak ! Panggilanmu itu benar-benar menyebalkan,” raut jengkel Yina membuat tawa Bangchan makin keras.

Bangchan beralih jongkok dihadapan anaknya yang sedang bermain boneka kesayangannya, “Jessica, Papa pergi dulu. Kamu jangan nakal ya. Jangan galak-galak seperti Mamamu. Nanti Papa akan sering-sering main kesini,”

“Maaf ya Tuan Chan, saya tidak galak,”

“Ya ya ya. Aku pamit dulu,” menyempatkan untuk melambaikan tangan pada dua orang yang begitu penting dalam hidupnya.




Mobil yang ia kendarai berhenti tepat di sebuah rumah yang akan selalu menjadi tempat nyaman untuknya. Rumah sederhana milik pria manis yang begitu ia cintai.

DI ANTARA -CHANJIN- ☑️Where stories live. Discover now