25

386 58 4
                                    

"Dia nampak bahagia menghabiskan waktu berdua dengan kekasih manisnya. Bahkan aku saja sampai lelah membuntutinya,"

"Biarkan saja. Dan...aku sangat berterima kasih padamu, calon adik ipar,"

"Sama-sama. Jaga diri baik-baik,"

Yina meletakkan ponselnya begitu pelan di meja. Kedua tangannya bertumpu di meja untuk menopang badannya. Desah nafas terdengar pasrah. Bahwa apa yang akan menjadi keputusannya, adalah hal terbaik.

Pria yang dulu hanya berucap cinta padanya, berlaku manis padanya, meluangkan pelukan hanya padanya. Pria yang begitu ia banggakan akan kesetiaannya. Salah. Ia benar-benar salah. 

"Aku hanya perlu sedikit berbohong untuk pergi jauh, tapi kamu begitu pintar untuk memanfaatkannya Chan," Yina mendongak, tertawa kecil dengan tetesan air mata yang lolos dari sudut matanya. "Setidaknya aku tidak perlu buang-buang uang untuk membeli tiket ke luar negeri,"

"Nikmati waktumu selagi aku pergi. Aku cukup bahagia dengan Jessica yang tersenyum cantik disini,"

"Maafkan mama sayang. Mama tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu, mama tidak bisa menjadi seorang ibu yang baik untukmu. Tapi mama janji, mama akan selalu kuat dan ada untuk kamu, sayang,"

"Kamu adalah prioritas mama,"

Kecupan lembut Yina berikan di kening anaknya yang hanya diam menatapnya. Matanya berbinar tak lepas menatap wajah sang ibu. Seolah tahu, bahwa kesedihan teramat sangat tengah ibunya rasakan.

"Papamu tetap yang terbaik untukmu, Nak. Bagimu..."

DI ANTARA -CHANJIN- ☑️Where stories live. Discover now