#3

184 31 0
                                    

Suasana di dalam ruang keluarga berubah hening. Peony, Violet, Vinca, Zinnia, Freesia, dan Fuchsia kompak menatap Lunaria yang menundukkan kepala. Kemang dan Seruni mengintip untuk memantau kondisi di ruang keluarga.

"Apa kita nggak keterlaluan?" Kemang berbisik.

"Nggak. Mereka gadis-gadis hebat. Aku yakin mereka akan setuju." Seruni ikut berbisik.

"Tapi, kenapa mereka diam?"

"Tunggu saja."

Violet mendesah. "Luna, kamu setuju sama ide Ayah?"

Lunaria mengangkat kepala. "Setuju atau nggak, Ayah pasti akan mewujudkan idenya. Aku rasa kita semua tahu bagaimana Ayah ketika menginginkan sesuatu. Aku hanya memikirkan tindakan antisipasi. Jika seandainya sayembara itu benar akan digelar, setidaknya kita ikut andil. Karena itu menyangkut masa depan kita."

"Aku benci mengakuinya, tapi pendapat Luna benar adanya." Fuchsia mendukung Lunaria.

"Sama, Fu." Vinca setuju.

"Besok malam, di kafeku. Gimana?" Zinnia tiba-tiba mengusulkan tempat. "Di sini kita nggak bisa ngobrol bebas."

"Setuju. Di sana aman daripada di tempatku." Vinca setuju dengan usul Zinnia.

"Kebetulan besok malam aku kosong." Freesia pun setuju.

"Oke!" Fuchsia juga setuju.

"Deal!" Violet pun sama.

"Baiklah. Pukul tujuh malam." Peony menentukan waktu pertemuan. "Sekarang sebaiknya kita berpisah untuk menenangkan diri. Semoga kita mendapat pencerahan."

Para gadis membubarkan diri. Mereka menuju kamar masing-masing untuk menyendiri.

Seruni tersenyum puas melihat tingkah ketujuh putrinya.

Kemang heran melihat tingkah istrinya. "Apa arti senyummu itu?"

"Akhirnya mereka benar-benar memikirkan tentang pernikahan." Seruni lega. "Ini baru permulaan. Mari kira persiapkan sayembaranya."

"Jadi, kita akan benar-benar melakukannya?"

"Tentu saja. Jodoh nggak selamanya akan datang sendiri. Ada kalanya kita harus menjemputnya."

Kemang tercenung mendengar penjelasan istrinya.

"Putri-putri kita cantik dan sukses, bisa jadi para pria minder mau mendekati mereka. Karenanya, ayo kita jemput pria-pria itu untuk anak kita. Optimis dong! Anggap ini bisnis baru kita. Bagus, kan? Biar nggak terlalu tegang."

Kemang menganggukkan kepala.

"Ayo bersiap!" Seruni tersenyum antusias.

Kemang pun berjalan menyusul langkah Seruni.

***

Semalam ketujuh gadis tidak bisa tidur dengan nyenyak. Mereka memikirkan tentang rencana sayembara yang akan digelar demi mencari jodoh untuk mereka.

Mereka tahu persis bagaimana sikap Kemang. Walau bukan seorang yang telahir dari kalangan militer, Kemang sangat tegas. Ketika tuan tanah itu memiliki keinginan, tak jarang ia akan sedikit memaksa. Sedang Seruni, susah ditebak. Kadang ia bisa jadi pelindung dan pembela. Namun, tak jarang ia pun berubah menjadi pendukung Kemang. Seperti kali ini, Seruni terlihat begitu antusias dan mendukung Kemang.

Violet, Vinca, Zinnia, dan Freesia menghindari sarapan bersama. Mereka pergi pagi-pagi sebelum jam sarapan. Tersisa Peony, Fuchsia, dan Lunaria yang mengikuti jamuan makan pagi. Suasana saat sarapan terasa sangat canggung. Hanya Seruni yang terlihat biasa. Namun, tetap saja ia tak bisa mencairkan kecanggungan di ruang makan. Usai sarapan, para gadis yang tersisa pun pergi bekerja. Bad mood yang masih menghinggapi terlukis dengan jelas di wajah ayu mereka.

Marrying a LizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang