Konferensi pers sukses digelar. Awak media menyebarkan liputan mereka dengan baik. Para gadis punya waktu dua hari untuk mempersiapkan diri, mental, dan mempersiapkan hall di Seruni Hall and Resto sebagai tempat penyambutan para pria yang akan melamar mereka.
Untuk pertama kalinya para gadis merasa tak antusias mengerjakan tugas mereka. Bahkan, Violet sempat berpikir untuk kabur saja, tapi saudari-saudarinya melarang. Mereka masih punya kekuasaan untuk menolak, itu telah tertulis dalam perjanjian yang berkekuatan hukum. Mereka saling berpegangan dan menguatkan satu sama lain untuk menghadapi entah kenyataan apa yang akan mereka temui dua hari lagi.
Vinca dan Lunaria sibuk mempersiapkan hall. Peony telah menyerahkan desain ruang sesuai permintaan ayahnya. Si sulung itu mempercayakan hall sepenuhnya kepada Vinca selaku pemilik dan Lunaria selaku ahli dekorasi Rainbow Rose. Zinnia datang ke hall untuk mendukung Vinca dan Lunaria. Ia membawa banyak kue yang dibagikan kepada kru yang berkerja untuk menata hall. Peony datang ketika Vinca, Zinnia, dan Lunaria duduk bersama menikmati kue. Ia pun bergabung.
"Aku datang untuk memberi tahu kalian, si Tuan Misterius itu setuju bekerja sama dengan Rainbow Rose." Peony tanpa basa-basi.
"Benar kah?" Vinca terkejut.
Lunaria yang sedang minum sampai tersedak karena kaget.
"Pria dengan kostum serba hitam dan bermasker itu?" Vinca memastikan.
"Mm!" Peony mengangguk. "Tapi hanya orang suruhannya yang datang. Dia bilang, dia yang akan mengurus segala sesuatunya mulai dari sekarang."
"Wah... apa tujuan Tuan Misterius itu? Mau bermain-main dengan kita?" Vinca memiringkan kepala.
Lunaria kembali meneguk air mineral dalam botol di hadapannya. Ia sempat berharap bisa bertemu kembali dan melihat wajah Tuan Misterius itu. Namun, mendengar penjelasan Peony, harapannya pun pupus. Ia menggelengkan kepala karena kekacauan di dalam otaknya yang memikirkan harapan konyol pada seorang pria misterius yang hanya sekali saja mengunjungi florist miliknya.
"Yang lain sudah tahu?" tanya Vinca lagi.
"Iya. Aku udah nelpon Vio, Sia, dan Fu." jawab Peony.
"Bagaimana reaksi mereka?"
"Ya kita terima aja. Jangan tolak uang yang masuk. Itu rezeki."
"Apa mereka kehilangan semangat karena sayembara? Ah, tapi ini memang cukup membuatku stres." Zinnia buka suara. "Mendadak aku merasa takut."
"Kita punya surat perjanjian itu. Seperti kata Sia, kita hadapi aja. Kita masih punya kuasa." Peony menyemangati. "Apa kalian udah selesai dengan hall ini?"
"Iya." jawab Vinca. "Besok udah bisa digunakan."
"Kalau gitu bisa kita bahas konsep yang diminta oleh Tuan Misterius?"
"Tentu!" Vinca melirik Lunaria.
Lunaria tersenyum dan mengangguk.
***
Lunaria sibuk merangkai bunga di florist-nya. Lonceng berdenting, tanda pintu dibuka dan seseorang datang ke florist. Ia pun bangkit dari duduknya untuk menyambut siapa yang datang. Jantung Lunaria seolah jatuh ke tanah ketika ia melihat sosok itu berdiri di dalam florist-nya. Di dekat pintu masuk, sosok yang mengenakan hoodie merah dipadu dengan celana hitam itu berdiri. Topi hoodie ia kenakan untuk menutupi kepalanya yang mengenakan topi hitam. Wajahnya masih tertutup masker hitam.
"Aku datang lagi!" ujar pria bermasker hitam itu. Pria yang siang tadi disebut sebagai Tuan Misterius oleh Peony.
Lunaria tersenyum manis. "Selamat datang di Luna Florist. Ada yang bisa saya bantu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...