#11

150 22 0
                                    

Lunaria terus menggenggam tangan kanan Seruni. Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Sedang mulutnya terus bergerak untuk merapalkan doa. Ia berdoa agar ibunya lekas tersadar kembali. Sejak Seruni jatuh pingsan, Lunaria terus berada di sampingnya. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, Lunaria juga mendampinginya. Hingga kini Seruni terbaring di ruang IGD, Lunaria pula yang terus bertahan di sisinya. Lunaria menerima lamaran Widuri demi ayahnya. Ia tak ingin ayahnya malu. Namun, keputusannya justru membuat ibunya terluka. Lunaria benar-benar merasa bersalah.

Lunaria memejamkan kedua matanya. Berdoa lebih khusyuk, sambil tetap menggenggam tangan kanan Seruni. Telinga Lunaria menangkap suara rintihan. Ia membuka mata dan menemukan Seruni bergerak, mulai sadarkan diri. Ia segera bangkit untuk memanggil dokter.

Seruni akhirnya sadar setelah pingsan selama setengah jam. Ia harus tetap tinggal di IGD untuk observasi selama dua jam. Lunaria masih menemani Seruni di IGD bersama Kemang. Sedang keenam saudarinya sudah pergi. Mereka membagi tugas untuk menyelesaikan sisa acara di Seruni Hall and Resto.

"Maafin Luna ya Bunda. Karena Luna, Bunda jadi gini." Lunaria kembali menangis sambil menciumi tangan kanan Seruni yang ada dalam genggamannya.

"Bunda dan Ayah yang minta maaf. Karena kami, kamu jadi menderita." tangan Seruni yang bebas mengelus puncak kepala Lunaria. "Karena ambisi kami, kamu jadi yang paling menderita."

Lunaria menggeleng. Ia tak mampu berkata-kata lagi. Hanya bisa menangis.

"Apa kamu akan tetap menerima lamaran itu, Nak?" tanya Seruni.

"Bukankah kita udah menerima lamarannya, Bunda? Jika kakak-kakakku cocok dengan pria yang melamar mereka dan menikah, aku pun akan menikah dengan biawak itu. Seperti itulah janji Ayah dalam sayembara. Kita nggak bisa ingkar janji."

Seruni menitikan air mata dan mengelus wajah Lunaria.

Lunaria tersenyum tulus. "Belle pada akhirnya mendapatkan pangeran tampan setelah Beast terlepas dari kutukan. Aku percaya aku pun akan demikian. Jika tidak, aku akan membunuh biawak itu dan kembali kepada Ayah dan Bunda."

"Luna??" Seruni terkejut.

Lunaria tersenyum lebar di tengah tangisnya. "Just kidding, Mom."

"Sini!" Seruni meminta Lunaria mendekat. Ia pun memeluk Lunaria. Kemang turut memeluk Lunaria.

***

Lunaria sangat lelah, tapi ia tak bisa memejamkan mata sejak kembali dari rumah sakit. Banyak hal yang berkecamuk di otaknya. Keputusannya untuk menerima lamaran Widuri. Ibunya yang tiba-tiba jatuh pingsan. Ayahnya dan keenam saudarinya. Air mata Lunaria kembali meleleh. Ia menggenggam erat tasbih di tangannya. Karena tidak bisa tidur, ia pun memilih untuk berdoa. Curhat kepada Tuhan sepanjang malam. Ketika shalawat tarhim dikumandangkan, Lunaria yang kelelahan jatuh tertidur.

Lunaria sedang berjalan-jalan di kebun bunga miliknya. Ia menggendong biawak yang melamarnya. Biawak itu tiba-tiba melompat dari gendongannya dan berjalan cepat, menjauh pergi. Lunaria mengejar biawak yang lepas. Ia memanggil namanya. Ia terus berjalan dan tiba di tengah hutan. Lunaria melihat biawak yang lepas berjalan cepat. Ia pun berlari menyusulnya. Ia melihat biawak itu masuk ke pintu kayu di tengah hutan. Sebuah pintu kayu tanpa bangunan apa-apa di sekitarnya. Ragu-ragu Lunaria mendorong pintu dan turut masuk.

Pemandangan di balik pintu membuat Lunaria tercengang. Ia tak lagi berada di hutan, tapi di sebuah ruangan megah. Ia berada di ujung tangga teratas di dalam ruangan mewah itu. Lunaria berjalan menuruni tangga. Di ujung tangga terbawah berdiri seseorang. Semakin Lunaria berjalan turun, sosok itu semakin terlihat jelas. Sosok itu adalah sosok pemuda yang mengenakan setelan jas warna hitam.

Marrying a LizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang