Peony menyampaikan ide Freesia kepada Kemang. Ia menjelaskan poin-poin pentingnya saja dan berjanji akan membuat detail syarat sayembara setelah berdiskusi dengan Kemang. Kemang kaget melihat reaksi ketujuh putrinya yang tiba-tiba setuju pada idenya hanya dalam waktu satu malam. Ia senang, tapi juga merasa curiga.
"Ayah telah memikirkan syarat sayembara? Kami berhak menyebutkan kriteria pria idaman kami, kan? Pernikahan adalah sekali seumur hidup. Jadi, kami sangat berhati-hati untuk hal ini."
"Tentu saja. Ayah dan Bunda sudah memikirkannya. Kami pun tidak ingin melepas kalian ke tangan yang salah."
Peony tersenyum. "Ini akan jadi proyek yang menyenangkan, begitu menurut Sia. Ayah pasti nggak percaya jika dia yang paling antusias membujuk kami untuk setuju."
"Sia? Hahaha. Ayah pikir dia akan ada di garis terdepan untuk menolak."
"Vio yang ada di posisi itu."
Kemang tersenyum. "Lalu, bagaimana denganmu?"
"Aku yang tertua. Harusnya sudah beberapa tahun yang lalu aku menikah dan memberi Ayah dan Bunda cucu. Maafkan aku."
"Kita hanya bisa merencanakan bagaimana kita akan menjalani hidup, tapi Tuhan lah Maha Penentunya. Kamu udah berusaha dengan baik. Hingga hari ini. Terima kasih. Ayah berharap luka hatimu bisa sembuh dan kamu menemukan pria yang tepat."
"Jujur aku takut."
"Takut kenapa?"
"Takut kalau mantanku ikut melamar."
"Bukannya dia udah nikah dengan sahabatmu?"
"Mereka cerai, Yah."
"Oh...." Kemang diam sejenak. "Kamu apa masih cinta sama mantanmu itu?"
"Nggak lah, Yah. Pacar yang embat sahabatku sendiri apa masih pantas dicintai?"
Kemang tersenyum. "Lalu, kenapa kamu takut?"
"Aku...." Peony tak melanjutkan ucapannya.
"Kalau nggak suka, ya tolak aja. Anggap aja kamu sedang nyari karyawan baru buat Rainbow Rose. Dengan begitu kamu nggak akan terlalu terbebani. Seperti kata Sia, anggap aja ini sebuah proyek yang menyenangkan."
Peony tersenyum dan mengangguk.
"Atur pertemuan kita bersama adik-adikmu. Kita akan membentuk tim dan menjalankan proyek sayembara ini. Ayah berniat baik untuk mencarikan jodoh bagi putri-putri tersayangku. Jadi, ayah yakin Tuhan akan membantu kita."
Lagi-lagi Peony tersenyum dan mengangguk.
***
"Wah! Jadi, kita harus bersiap dari sekarang." Freesia penuh semangat usai mendengar penjelasan Peony tentang pertemuan dengan ayahnya semalam. Para gadis sedang bersantai di kolam renang out door di rumah mewah mereka.
"Tipe idealku kayak gimana ya? Kok aku jadi bingung?" Fuchsia memiringkan kepala.
"Yang bule?" sahut Vinca.
"Kayak Orlando Bloom ya? Mau!!!" Fuchsia antusias.
"Hahaha. Gara-gara Lord Of The Ring, Fu jadi suka sama Abang Bloom." Zinnia tergelak.
"Kalau aku mau yang kayak Jugal Hansraj. Ada nggak ya?" celetuk Violet.
"Si maniak India." Zinnia meledek Violet.
"Kayak Varun Dhawan juga boleh." Violet sambil tersenyum lebar.
"Aku yang lokal aja deh. Hmmm, Kiki Farel?" Vinca mencoba menemukan tipe idealnya pada salah satu aktor Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...