Usai makan malam, para gadis berkumpul di kamar Violet. Untuk pertama kalinya suasana makan malam terasa dingin dan kaku. Tidak ada obrolan seperti tempo hari. Violet terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia pun tak hentinya meminta maaf kepada kakak dan adik-adiknya.
"Bisa nggak Kak Vio diem aja?" protes Freesia.
"Iya, nih! Luna jadi nggak berhenti nangis juga tuh! Kak Vio udah nyusahin dia dari awal tahu!" Zinnia menimpali.
"Kalian. Kak Vio beneran lagi sedih itu!" Vinca menegur Freesia dan Zinnia.
"Kita kan udah sepakat buat nggak saling minta maaf karena merasa bersalah. Udahan dong!" Fuchsia sembari mengusap air matanya.
Lunaria meraih tangan Violet dan menggenggamnya. "Andai Kak Vio nggak hamil, aku bakalan tetep nikah sama Angsana. Ayah nggak bisa mencabut titahnya. Ini bukan salah Kak Vio, bukan juga salah Ayah. Ini pilihanku sendiri. Lagi pula, kalau Tuhan nggak berkehendak. Kita nggak akan sampai di titik ini, kan?"
Violet bergerak dan memeluk Lunaria. Fuchsia ikut memeluk Lunaria.
"Bagaimana si bungsu ini bisa lebih bijak daripada aku!" Peony mengelus puncak kepala Lunaria. Ia lalu memeluk Violet dan Lunaria yang masih berpelukan.
Vinca dan Zinnia mengusap air mata mereka yang meleleh.
Freesia berusaha keras menahan air matanya agar tak jatuh. "Gimana? Kita bikin pesta lajang?"
"Tsk!" Vinca berdecak dan menatap sengit pada Freesia.
"Kan cuman usul." Freesia mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh menuruni pipinya.
Vinca dan Zinnia kompak memeluk Freesia. Para gadis pun menangis bersama di kamar Violet. Bahkan, mereka tertidur berdesakan di ranjang Violet. Walau luas, ranjang itu menjadi sempit saat ditiduri oleh ketujuh gadis.
***
Kemang mengunjungi satu per satu calon besannya untuk membicarakan tentang pernikahan putra-putri mereka. Para calon besan menyambut baik. Terlebih Widuri. Bersama calon besan, Kemang dan Seruni menentukan tanggal akad nikah bagi masing-masing pasangan. Vinca dan Tanjung yang mendapat tanggal akad nikah pertama. Disusul Violet dan Asoka. Lalu, Peony dan Tancang, Fuchsia dan Dahu, Zinnia dan Balsa, Freesia dan Gandaria. Lunaria dan Angsana mendapat tanggal akad nikah paling akhir.
Tanggal pesta pernikahan pun telah ditentukan. Bukan hanya pesta megah, Kemang juga menggelar berbagai macam hiburan untuk rakyat selama tujuh hari sebagai wujud rasa syukur atas pernikahan ketujuh putrinya. Hiburan tradisional hingga modern telah ditentukan pula tanggalnya.
Rencana telah disusun secara matang dan mulai dipersiapkan. Seperti sebelumnya, Rainbow Rose mengambil peran penting untuk acara sakral itu. Peony punya tim yang handal. Ia tak mau acara pernikahan itu dipegang EO lain. Selain timnya, Peony pun melibatkan adik-adiknya seperti sebelumnya.
Para gadis kembali sibuk. Pertemuan mereka di rumah juga di luar rumah selalu dihabiskan untuk membahas tentang pernikahan. Mulai dari gaun, konsep pesta, hidangan pesta, dan segala hal yang berkaitan dengan pesta pernikahan. Untuk hiburan yang dijanjikan Kemang, Peony sengaja melempar proyek itu pada temannya yang juga mengelola sebuah event organizer. Ia ingin fokus pada pernikahan saja.
***
Lunaria sedang mengamati scrapbook miliknya. Tanggal pernikahannya sudah di depan mata, tapi hatinya masih merindukan Tuan Misterius. Ia tak hentinya berharap untuk bisa bertemu kembali dengan pria itu. Setidaknya sebelum pernikahannya. Walau sudah meluapkan segala unek-uneknya dalam bentuk tulisan pada scrapbook, semua itu tidak cukup untuk meredam gejolak di hatinya. Ada rasa bersalah kepada Angsana. Semua itu menyiksanya. Terlebih ketika ia sudah terlepas dari kesibukan dan sedang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...