Lunaria tiba di Zinnie Cake & Pastry. Ia yang pertama datang. Bahkan, Zinnia si pemilik pun belum sampai di sana. Di antara ketujuh gadis, Lunaria yang paling on time. Ia tidak suka dibuat menunggu. Karenanya, ia selalu berusaha tepat waktu agar orang lain tak dibuat bosan karena menunggunya. Walau pilihan itu selalu membuatnya menunggu, ia tetap melakukannya.
Seorang karyawan Zinnie Cake & Pastry menyambut Lunaria. Ia membawa gadis itu ke ruang VIP yang sudah disiapkan sang kakak untuk pertemuan malam ini. Ruangan itu berbentuk persegi panjang. Ada meja persegi panjang di tengah dan dua sofa di kanan kirinya.
Lunaria memilih duduk di pojok sofa bagian kiri. Ia mengeluarkan ponselnya, memasang headset dan mulai mendengarkan musik. Selanjutnya ia mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Sebuah novel romantis. Ia membaca sembari mendengarkan musik untuk menunggu kedatangan keenam kakaknya.
Lima belas menit kemudian Peony datang. Si sulung datang sendiri. Ia mengambil tempat duduk tepat berhadapan dengan Lunaria. Ia pun menyapa adik bungsunya. Melihat Peony datang, Lunaria melepas headset dan mematikan mp3 dalam ponselnya. Namun, ia masih membaca ketika kakak sulungnya itu tak mengajaknya bicara.
Violet, Vinca, dan Zinnia datang bersama. Mereka sudah menghilang dari rumah sejak pagi bersama Freesia. Ketiga gadis cantik itu sudah berganti pakaian. Mereka memang berniat menghindari rumah. Karenanya Violet, Vinca, dan Zinnia membawa baju ganti. Mereka bertiga menghabiskan waktu di salon milik Violet sebelum datang untuk pertemuan.
Fuchsia datang sendiri. Ia masih mengenakan baju yang ia pakai saat pergi pagi tadi. Namun, ia tetap terlihat segar walau seharian bekerja.
"As always. Sia pasti yang paling akhir." keluh Violet usai melihat jam di tangannya.
"Kamu juga telat. Jadi, jangan mengeluh." Peony menegur.
"Siapa yang pertama datang?" tanya Vinca.
"Luna." Jawab Peony.
"Si bungsu kita ini selalu on time ya." Vinca merasa gemas ketika menatap Lunaria.
"Aku heran," Violet melipat tangan di dada, "Bungsu kita sangat sempurna, tapi kenapa dia masih jomblo ya? Dia juga pintar. Pasti di sekolah dulu juga populer. Masa iya nggak ada cowok yang naksir sih?"
"Aku nggak populer, Kak." Lunaria membantah.
"Kamu populer. Aku tahu itu!" Zinnia menyahut. "Kamunya aja terlalu pendiam dan cuek!"
"Kenapa kamu nggak mau kuliah sih, Dek?" Fuchsia ikut bicara.
"Merangkai bunga nggak perlu belajar secara resmi di sekolah, kan? Aku udah mendapatkan mimpiku, jadi aku bahagia. Itu udah cukup. Lagi pula bekerja lebih menyenangkan. Bisa menghasilkan uang sendiri. Nggak nadong orang tua melulu." Lunaria mengungkap alasannya tak mau kuliah.
"Hah... Saat seusiamu dulu, aku masih nadong uang ortu dan senang-senang sana-sini." kenang Peony.
"Kak Ony bukan contoh yang baik!" Vinca menuding. Semua pun tertawa.
Karyawan masuk, membawakan cake dan minuman untuk ketujuh gadis. Freesia belum tiba, tapi jamuan untuknya sudah disiapkan. Ketika karyawan Zinnia hendak keluar, Freesia masuk. Gadis itu terlihat lusuh.
"Sorry telat!" ujar Freesia seraya duduk di sofa sebelah kanan. Di dekat Vinca.
"Ya ampun! Kamu belum mandi ya? Lusuh banget!" cerca Violet.
"Langsung ke sini. Hehehe." Freesia meringis.
"Aku juga belum mandi, tapi nggak gitu banget deh." Fuchsia ikut berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Lizard
Romance"Tapi, Belle harus hidup dengan monster buruk rupa yang ternyata seorang pangeran tampan yang kena kutuk. Itu serem, kan? Kalau kita nyamain Luna sama Belle, gimana kalau ntar dia harus ngalamin nasib miris kayak Belle?" Percayalah! Walau hidup di z...