#10

143 20 0
                                    

Lunaria tak mampu mengangkat kepalanya. Bahkan, MC yang mencoba mengulur waktu pun ikut dibuat gusar oleh penonton yang berbisik-bisik. Dalam hatinya, Lunaria merasa senang karena tidak ada pria yang melamarnya. Dengan begitu ia bisa memilih sendiri pria idamannya. Namun, ia juga merasa malu menjadi sorotan karena tak mendapatkan pria yang melamarnya.

Seruni membujuk Kemang agar acara disudahi saja, tanpa menunggu pria pelamar bagi Lunaria. Setengah jam berlalu, Seruni tak bisa lagi diam karena melihat putri bungsunya tertunduk di depan umum.

Kemang pun tak tega. Ia akhirnya menyerah. Ia akan meloloskan enam pria pelamar yang telah memilih enam putrinya. Ia setuju untuk meninggalkan Lunaria. Lagipula, Lunaria masih sangat muda. Gadis itu pasti akan menemukan jodohnya.

Kemang memanggil MC dan membisikkan sesuatu pada pria itu. Tiba-tiba terdengar ribut-ribut dari pintu masuk. Perhatian Kemang dan MC pun teralihkan. Begitu juga semua orang yang berada di lantai dasar hall termasuk Lunaria. Gadis itu langsung mengangkat kepalanya yang tertunduk.

"Ada apa itu ribut-ribut?" MC bertanya.

Security yang bertugas berusaha menghalau wanita paruh baya yang ingin masuk ke dalam hall.

"Tuan Besar mengatakan sayembara ini berlaku untuk siapa saja, tapi orang-orang ini menghalangi saya untuk masuk!" wanita paruh baya itu berteriak.

"Tuan, wanita itu ingin mengikuti sayembara." MC mematikan mic dan berbicara pada Kemang. "Tapi, apa yang ia gendong itu? Kadal besar?" MC itu bergidik.

"Izinkan dia masuk. Acara ini diliput media. Akan buruk jika kita melakukan penolakan secara kasar. Izinkan wanita itu masuk dan menyampaikan maksud kedatangannya." Kemang memberi jawaban.

"Baik, Tuan." MC kembali menyalakan mic dan berbicara, "Tolong izinkan beliau masuk."

Kawanan security melepas wanita paruh baya itu. Membiarkannya masuk ke dalam hall. Wanita itu segera menjadi pusat perhatian. Penonton saling berbisik, membicarakan wanita paruh baya yang berjalan ke depan. Penampilan wanita itu normal. Yang tak wajar adalah sesuatu yang sedang ia bawa dalam gendongannya. Ia menggendong seekor biawak.

"Apa itu? Kadal besar?" pekik Violet.

"Hewan piaraannya kadal raksasa?" Freesia tak kalah kaget.

"Itu biawak, kan?" Vinca menuding.

"Aduh! Aku semakin kebelet pipis liatnya!" Zinnia berusaha keras menahan rasa ingin buang air kecilnya.

"Kenapa dia membawa hewan peliharaannya kemari?" Peony bergumam, lalu menggelengkan kepala.

"Hewan itu mengerikan!" Fuchsia bergidik ngeri.

Lunaria hanya diam menatap wanita paruh baya yang terus berjalan dan berhenti di depan panggung.

Wanita paruh baya itu tersenyum manis. "Terima kasih Tuan Kemang. Tuan telah berbaik hati mengizinkan saya masuk. Saya Widuri. Saya datang ke sini untuk mengikuti sayembara. Dalam poster sayembara ditulis bahwa sayembara ini boleh diikuti oleh siapa saja kan?"

"Selamat datang Ibu Widuri." MC menyambut. "Ibu pasti sudah membaca syarat dan ketentuannya."

"Iya. Saya datang untuk melamar Nona Lunaria untuk anak saya. Hanya Nona Lunaria yang belum dilamar, kan?"

"Iya, Bu." jawab MC.

"Anak saya bernama Angsana. Dia mampu membuat istana bagi Nona Lunaria. Jadi, apakah anak saya bisa ikut sayembara?"

"Berapa usia anak Ibu?"

"22 tahun. Dia anak tunggal saya. Boleh kah anak saya melamar Nona Lunaria? Saya ingin mendengar jawaban dari Tuan Kemang sendiri."

Marrying a LizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang